Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Di Kota Sukabumi Banyak Suami yang Tularkan HIV/AIDS ke Istrinya

7 Oktober 2016   10:46 Diperbarui: 7 Oktober 2016   10:58 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi (Sumber: www.123rf.com)
Ilustrasi (Sumber: www.123rf.com)
Dengan jumlah IRT yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS kian banyak, tapi Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sukabumi justru menyasar remaja karena disebutkan “saat ini penyebaran HIV dan AIDS mulai menyasar kalangan remaja yang duduk di bangku sekolah SMP dan SMA.”

Remaja dan Seks Bebas

Dari aspek epidemiolgi HIV kasus HIV/AIDS pada remaja ada di terminal terkhir karena mereka tidak mempunyai pasangan tetap sehingga tidak jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat.  Bandingkan dengan laki-laki dewasa, al. suami, yang tertular HIV akan jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, al. kepada istri dan pasangan seksnya.

Disebutkan oleh Sekretaris KPA Kota Sukabumi, Fifi Kusumajaya,  remaja saat ini rentan terpengaruh dengan perilaku negatif seperti perilaku seks bebas dan narkoba jarum suntik. Tidak jelas apa yang dimaksud Fifi sebagai ‘seks bebas’.

Kalau ‘seks bebas’ yang dimaksud Fifi adalah hubungan seksual dengan PSK, maka yang jadi persoalan adalah remaja itu tidak menerapkan ‘seks aman’. Adalah hal yang mustahil melarang remaja menyalurkan dorongan seksual, sehingga yang diperlukan adalah advokasi agar mereka menerapkan seks aman.

Maka, yang diperlukan segera adalah langkah konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru di kalangan laki-laki dewasa, al. suami, dan remaja yaitu memaksa mereka memakai kondom setiap kali ngeseks dengan PSK. Intervensi ini hanya bisa dilakukan dengan efektif kalau praktek pelacuran yang melibatakan PSK langsung dilokalisir.

Celakanya,  di Kota Sukabumi praktek PSK langsung tidak dilokalisir sehingga tidak bisa dilakukan intervensi terhadap laki-laki yang ngeseks dengan PSK langsung karena transaksi seks terjadi di sembarang waktu dan sembarang tempat. Begitu juga dengan praktek PSK tidak langsung intervensi juga tidak bisa dilakukan karena transaksi seks terjadi di sembarang waktu dan sembarang tempat.

Maka, insiden infeksi HIV baru pada laki-laki, al. suami, akan terus terjadi dan jumlah IRT yang akan tertular HIV juga akan terus bertambah. Jumlah IRT yang berisiko tertular HIV kian banyak kalau banyak laki-laki pelanggan PSK mempunyai istri atau pasangan seks lebih dari satu. Pada akhirnya semakin banyak pula jumlah bayi yang lahir dengan risiko mengidap HIV/AIDS.

Disebutkan “Data KPA dan Dinas Kesehatan (Dinkes) menyebutkan, pada semestas pertama 2016 ini tercatat sebanyak 23 orang IRT yang positif HIV dan sebagian tengah hamil.” Ini bukti bahwa banyak suami yang melakukan perilaku berisko.

Itu artinya penyebaran kasus HIV/AIDS di Kota Sukabumi bak ‘bom waktu’ yang kelak jadi ‘ledakan AIDS’. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun