Remaja dan Seks Bebas
Dari aspek epidemiolgi HIV kasus HIV/AIDS pada remaja ada di terminal terkhir karena mereka tidak mempunyai pasangan tetap sehingga tidak jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat. Bandingkan dengan laki-laki dewasa, al. suami, yang tertular HIV akan jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, al. kepada istri dan pasangan seksnya.
Disebutkan oleh Sekretaris KPA Kota Sukabumi, Fifi Kusumajaya, remaja saat ini rentan terpengaruh dengan perilaku negatif seperti perilaku seks bebas dan narkoba jarum suntik. Tidak jelas apa yang dimaksud Fifi sebagai ‘seks bebas’.
Kalau ‘seks bebas’ yang dimaksud Fifi adalah hubungan seksual dengan PSK, maka yang jadi persoalan adalah remaja itu tidak menerapkan ‘seks aman’. Adalah hal yang mustahil melarang remaja menyalurkan dorongan seksual, sehingga yang diperlukan adalah advokasi agar mereka menerapkan seks aman.
Maka, yang diperlukan segera adalah langkah konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru di kalangan laki-laki dewasa, al. suami, dan remaja yaitu memaksa mereka memakai kondom setiap kali ngeseks dengan PSK. Intervensi ini hanya bisa dilakukan dengan efektif kalau praktek pelacuran yang melibatakan PSK langsung dilokalisir.
Celakanya, di Kota Sukabumi praktek PSK langsung tidak dilokalisir sehingga tidak bisa dilakukan intervensi terhadap laki-laki yang ngeseks dengan PSK langsung karena transaksi seks terjadi di sembarang waktu dan sembarang tempat. Begitu juga dengan praktek PSK tidak langsung intervensi juga tidak bisa dilakukan karena transaksi seks terjadi di sembarang waktu dan sembarang tempat.
Maka, insiden infeksi HIV baru pada laki-laki, al. suami, akan terus terjadi dan jumlah IRT yang akan tertular HIV juga akan terus bertambah. Jumlah IRT yang berisiko tertular HIV kian banyak kalau banyak laki-laki pelanggan PSK mempunyai istri atau pasangan seks lebih dari satu. Pada akhirnya semakin banyak pula jumlah bayi yang lahir dengan risiko mengidap HIV/AIDS.
Disebutkan “Data KPA dan Dinas Kesehatan (Dinkes) menyebutkan, pada semestas pertama 2016 ini tercatat sebanyak 23 orang IRT yang positif HIV dan sebagian tengah hamil.” Ini bukti bahwa banyak suami yang melakukan perilaku berisko.
Itu artinya penyebaran kasus HIV/AIDS di Kota Sukabumi bak ‘bom waktu’ yang kelak jadi ‘ledakan AIDS’. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H