Kemajuan teknologi membuat lapangan kerja fisik kian terusik. Kalau dulu ada padat karya yaitu industri yang memproduksi barang dengan jumlah tenaga kerja yang besar, sekarang pola itu berubah. Kegiatan industri dijalankan oleh beberapa orang operator saja. Untuk itulah perlu digali dan dikembangkan sektor ekonomi lain yang bisa menyerap banyak tenaga kerja.
“Pariwisata merupakan sektor ekonomi yang menyerap banyak tenaga kerja,” kata Erda Rindrasih, Pengamat Pariwisata Industri Kreatif di Pusat Studi Pariwisata UGM Yogyakarta, pada acara Diskusi BCA Kafe 3 bertama “OK(Orang Kreatif): Generasi Baru Kekuatan Ekonomi Indonesia” di Break Out Area, Menara BCA Lt. 22, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat (19/9-2016). Tenaga kerja di sektor pariwisata mulai dari penyedia jasa informasi wisata, transportasi, kuliner, pertunjukan, akomodasi, dst. Ini sejak dari perencanaan melakukan wisata sampai kegiatan di destinasi yaitu daerah tujuan wisata (DTW).
Masalahnya adalah sektor-sektor yang diharapkan bisa masuk ke sektor pariwisata bukan lagi ekonomi konvensional karena hal ini sudah masuk dalam jaringan global yang melibatkan orang-orang pemilik modal dan perusahaan-perusahaan multinasional. Nah, seperti dikatakan oleh Solihin Sofian, Wakil Ketua Bidang Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya APINDO, yang diusung adalah ekonomi. kreatif. Bidang ini sudah ditetapkan sebagai salah satu dari sepuluh sektor ekonomi.
Biaya Iklan
Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep baru di sektor ekonomi yang mengandalkan informasi untuk mendukung kreativitas yang muncul dari ide-ide kreatif dengan mengandalkan sumber daya manusia dan sumber saya alam yang tersedia untuk menghasilkan produk dan jasa. Maka, dalam kaitan inilah kemudian PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui BCA Learning Service mendorong dan mendukung pelaku ekonomi kreatif melalui berbagai kegiatan untuk mengembangkan potensi yang ada, khususnya industri yang berpijak pada kreativitas.
Lena Setiawati, General Manager BCA Learning Service, membuktikannya dengan menggelar acara akbarIndonesia Knowledge Forum (IKF) V dengan tema: Moving Our Nation To The Next Level: “Optimizing Knowledge and Creativity to Ride the Wave of New Generation in Accelerating Indonesia Economy.” Acara dilangsungkan di Ritz Carlton Pacific Place Hotel, Jakarta, tanggal 6-7 Oktober 2016.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sendiri mengharapkan pada tahun 2019 sektor ekonomi kreatif akan tumbuh 12 persen PDB, dan akan menyerap 13 juta tenaga kerja dengan kontribusi 10 persen ekspor nasional.
Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Mengengah 2015-2019 pertumbuhan sektor industri kreatif menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi nasional. Maka, perlu dukungan bagi orang-orang yang kreatif dengan memfasilitasi mereka agar mata rantai kegiatan mulai dari tahap ide, kreasi, konsumsi, distribusi sampai konservasi bersinergi dengan pembangunan nasional.
Berbagai upaya dan langkah dilakukan banyak kalangan untuk mengembangkan kreativitas. Di Bandung, misalnya, Fiki C Satari, menggagas Bandung Creative City Forum (BCCF) yang kini sudah menjalin kerja sama melalui jejaring dengan berbagai institusi nasional dan internasional. Fiki juga mendorong kreativitas mulai dari lingkungan RT agar memacu masyarakat mengembangkan ide-ide sebagai bentuk kreativitas.
Indeks Pariwisata
Cyrillus Harinowo, Pengamat Ekonomi yang juga komisaris BCA, memberikan gambaran ril tentang peran BCA dalam mengembangkan industri kreatif, dalam hal ini di sektor pariwisata di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Jika sebelum didukung BCA kunjungan ke daerah itu hanya 500.000 per tahun, sekarang sudah lebih dari 3 juta kunjungan wisatawan. Angka ini mengalahkan beberapa objek wisata di Yogyakarta dan Jawa Tengah. “Operator pariwisata di sana menyerap banak tenaga kerja dan membayar mereka dengan upah di atas UMR,” kata Cyrillus memberikan gambaran nyata tentang ekonomi kreatif.
Yang jadi persoalan besar terkait ekonomi kreatif adalah perbankan tidak bisa memberikan kredit ke sektor ini karena perbankan melihat keberhasilan sebagai salah satu faktor. “Ekonomi kreatif kan masa depan,” kata Jahja sambil menaruh harapan besar pemerintah bisa memberikan jalan keluar agar pelaku ekonomi kreatif bisa didukung secara finansial.
Di sisi lain Erda mengingatkan kalangan pariwisata dunia mengakui potenti pariwisata nasional, tapi ada beberapa hal yang menjadi perhatian kalangan internasional yang melemahkan, yaitu penanganan bencana alam yang tidak efektif, terorisme, dan infrastruktur yang tidak memadai. Itu sebabnya indeks daya saing pariwisata Indonesia menempatkan Indonesia pada peringkat 12 di Asia Pasifik dan peringkat 70 di dunia. Inilah yang dilihat Erda sebagai tantangan besar yang bukan saja bagi pemerintah tapi juga bagi pelaku industri kreatif karena peringkat itu di bawah beberapa negara ASEAN dengan potensi pariwisata yang justru lebih kecil dari Indonesia.
Kafe BCA merupakan arena diskusi yang menghadirkan pakar serta praktisi dalam membahas berbagai tema untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Acara ini merupakan diskusi ketiga di Kafe BCA yang dimulai pada diskusi perdana tanggal 13 Januari 2016 dengan mengundang sejumlah kaum muda yang sukses sebagai wirausaha dengan ide-ide kreatif sebagai pembelajaran bagi masyarakat luas. Sejalan dengan dukungan bagi ide-ide kreatif wirausaha muda, dengan spirit ’Senantiasa di Sisi Anda’ BCA selalu mengedepankan manfaat dan nilai tambah bagi masyarakat dalam setiap pelayanan dan unit bisnis BCA.
BCA merupakan salah satu bank swasta nasional terkemuka di Indonesia yang fokus pada bisnis perbankan transaksi, fasilitas kredit dan memberikan solusi keuangan bagi segmen korporasi, komersial dan UKM. Sampai akhir Juni 2016 BCA melayani transaksi perbankan kepada 14,8 juta nasabah melalui 1.201 cabang, 16.974 ATM, ratusan ribu EDC dan layanan internet banking serta mobile banking.
Diskusi Kafe BCA terus berlanjut. Pada Diskusi Kafe BCA 2 (1/6-2016) dihadirkan sejumlah pembicara baik dari kalangan akademisi, praktisi, perusahaan yang khusus membahas topik perkembangan informasi teknologi berbasis digitalisasi pada era kini dan dampaknya untuk perusahaan dan peningkatan nilai tambah bagi masyarakat. BCA sendiri menjelaskan dukungannya terhadap sejumlah developer teknologi dalam mengaplikasikan teknologi melalui inovasi-inovasi untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. *