Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prostitusi Anak: Seks Anal Tidak Otomatis Hanya Dilakukan oleh Gay

3 September 2016   21:00 Diperbarui: 4 September 2016   07:19 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Polisi bekuk germo pelacuran anak untuk gay dan paedofil” (beritagar.id, 1/9-2016).

“Hendak Dijual ke Kaum Gay, Jaringan Pelacuran Anak Dibongkar” (news.okezone.com, 31/8-2016).

“Prostitusi Homo di Bogor Namakan Diri Komunitas Gay Brondong” (news.liputan6.com, 31/8-2016).

“Mensos: Anak Korban Prostitusi untuk Gay Akan Jalani Terapi Kejiwaan” (news.detik.com, 31/8-2016).

“Jual Anak di Bawah Umur, KPAI Sebut Sindikat Prostitusi Gay Harus Dibongkar” (nasional.kini.co.id, 1/9-2016).

Menteri Yohana: 3.000 Anak Masuk Jaringan Prostitusi Gay (news.okezone.com, 1/9-2016).

Judul-judul berita di atas menunjukkan pemahaman yang tidak komprehensif terhadap orientasi seksual dalam kehidupan seks. Orientasi seksual atau kecenderungan seksual adalah pola ketertarikan seksual, romantis atau emosional (atau kombinasi dari keseluruhan) kepada orang-orang dari lawan jenis atau gender, jenis kelamin yang sama atau gender, atau untuk kedua jenis kelamin atau lebih dari satu gender. Ini umumnya digolongkan dalam heteroseksual, homoseksual, dan biseksual, sementara aseksual (kurangnya ketertarikan seksual kepada orang lain) kadang-kadang diidentifikasi sebagai kategori keempat (id.wikipedia.org).

Judul berita “Prostitusi Homo di Bogor Namakan Diri Komunitas Gay Brondong” (news.liputan6.com, 31/8-2016), misalnya, jelas tidak memahami arti kata 'homo;. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesaia (KBBI) disebut homo adalah keluarga manusia, termasuk famili Hominidae, selain meliputi makhluk manusia yg ada sekarang, juga meliputi makhluk manusia purba, spt manusia Neanderthal dan Pithecantropus. 

Seks anal tidak hanya dilakukan oleh gay, tapi juga oleh biseksual bahkan heteroseksual. Pengalaman beberapa waria yang pernah diwawancarai menunjukkan bahwa justru laki-laki heteroseksual yang banyak mereka ladeni, seperti suami, dengan berbagai alasan. “Kemarin saya nempong,” kata seorang waria, sebut saja Neli, 23 tahun, di sela-sela kegiatan KPA Provinsi Banten: “Peningkatan Kapasitas bagi Remaja, Petugas Pendamping, Penjangkau, Komunitas, dan Staf KPA” (31 Agustus – 2 September 2016) di Gunung Geulis Campsite, Bogor, Jawa Barat.

Sebuah studi di Kota Surabaya, Jawa Timur, oleh sebuah lembaga juga menunjukkan laki-laki heteroseks, ini dikenali karena mempunyai istri, justru jadi ‘perempuan’ ketika kencan dengan waria. Seperti yang disebut Neli ‘Si Bapak’ yang dia ladeni mengatakan, “Mbak yang di atas ya (menempong).” Banyak alasan bapak-bapak heteroseksual ngeseks dengan waria, al. mereka mengatakan tidak mengingkari cinta karena tidak memakai penisnya, ada juga yang berdalih hal itu bukan zina karena zina adalah penis dengan vagina.

Laki-laki heteroseksual jadi rentan tertular penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, seperti kencing nanah/GO, raja singa/sifilis, virus hepatitis B, HIV/AIDS, dll. karena penis waria masuk ke anus laki-laki heteroseksual.

Terkait dengan hubungan seksual yang dilakukan terhadap bayi dan anak-anak adalah:

(1) Infantofilia yaitu laki-laki dewasa yang menyalurkan dorongan seksual dengan bayi dan anak-anak umur 0-7 tahun. Ini termasuk parafilia yaitu orang-orang yang menyalurkan dorongan seksual dengan cara yang lain (Parafilia: Menyalurkan Dorongan Hasrat Seksual “Dengan Cara yang Lain”). Di Indonesia sudah ada 52 kasus yang ditangani polisi dengan korban yang paling kecil umur 9 bulan (di Duren Sawit, Jakarta Timur). Korban tewas. Begitu juga di Bogor perempuan umur 2,5 tahun juga tewas di tangan pelaku infantofilia.

(2) Paedofilia yaitu laki-laki dewasa yang menyalurkan dorongan seksual dengan anak-anak laki-laki dan perempuan umur 7-12 tahun dengan cara-cara yang ‘elegan’, yaitu menjadikan korban sebagai anak angkat, anak asuh, ponakan angkat, sampai jadi istri. Ini juga termasuk parafilia. Kasus yang sampai ke polisi 50-an.

(3) Cougars yaitu perempuan dewasa yang menyalurkan dorongan seksual dengan ‘membujuk’ anak-anak dan brondong melakukan hubungan seksual. Yang ini pun parafilia. Kasus terjadi di Kota Bengkulu. Pelaku dihukum delapan tahun penjara.

(4) Sodomi yaitu pelacuran atau perkosaan terhadap anak-anak di bawah umur laki-laki dan perempuan yang dilakukan secara seks anal.

Jika disimak kasus yang terjadi di Cipayung, Bogor, Jawa Barat, yang dibongkar polisi (30/8-2016) lebih tepat disebut sebagai sodomi yaitu pelacuran anak-anak dalam hal ini anak-anak laki-laki.

Kalangan gay menyalurkan dorongan seksual dengan pasangan yang dijalin atas dasar percintaan. Sedangkan kaum paedofilia tidak melakukan kekerasan.

Selama ini terjadi streotype (ungkapan atau gagasan yang terlalu sering dipakai) bahwa seks anal identik dengan gay. Padahal, pasangan suami-istri pun ada yang melakukan seks anal. Bahkan, yang berpacaran pun ada yang menghindari kehamilan dengan melakukan seks anal.

Satu hal yang pantas diprihatinkan adalah pada seks anal, jika tidak memakai kondom, risiko menularkan dan tertular HIV/AIDS sangat besar karena terjadi perlukaan di anus. Itulah sebabnya kian banyak istri yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS karena bisa jadi suami mereka melakukan seks anal dengan waria atau dengan laki-laki yang dikenal sebagai LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki).

Kalau ada laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan anak-anak tsb. mengidap penyakit-penyakit menular seksual, seperti kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), virus hepatitis B, dan HIV/AIDS, maka anak-anak itu pun berisiko tertular penyakit-penyakit tsb. Selanjutnya laki-laki lain yang melakukan seks anal dengan anak-anak itu bisa tertular salah satu dari penyakit tsb., bisa juga beberapa sekaligus.

Laki-laki yang menularkan penyakit dan HIV/AIDS ke anak-anak tsb. jadi mata rantai penyebaran penyakit tsb. dan HIV/AIDS di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Lagi pula bagaimana polisi memastikan bahwa laki-laki yang membeli layanan seks dengan anak-anak tsb. sebagai homoseksual, dalam hal ini gay?

Laki-laki yang membeli seks itu bisa saja mengatakan dirinya gay, padahal dalam kehidupan sehari-hari mereka itu heteroseksual atau biseksual. Dengan menyamaratakan semua laki-laki yang membeli seks dengan anak-anak itu sebagai gay, maka hal itu ‘pembelaan’ terhadap laki-laki heteroseksual dan biseksual yang melakukan seks anal dengan anak-anak dalam kasus pelacuran anak-anak tsb. Di sisi lain hal itu memojokkan gay sehingga mendorong kebencian, kemarahan, dll. terhadap kalangan homoseksual ini. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun