Itu membuktikan suami-suami yang menlarkan HIV ke istri melakukan perilaku seksual yang berisiko yaitu poin (1) atau poin (2) atau dua-duanya.
Dikatakan lagi oleh Herliza: “Penyakit HIV/AIDS itu lebih bagus terdeteksi secara dini, sehingga bisa dilakukan berbagai tindakan medis untuk memperlambat perkembangbiakan virus tersebut. Maka bagi kalangan ibu hamil harus melakukan pemeriksaan, agar bisa diketahui postif atau tidak.”
Biar pun bisa ditangani, tapi kan sudah tertular HIV. Yang perlu dilakukan adalah program yang bisa mengurangi risiko tertular HIV bukan menjalani tes HIV karena dibiarkan tertular dan meminum obata untuk memperlambat perkembangbiakan virus.
Tanpa program yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa, maka penyebaran HIV/AIDS di masyarakat akan terus terjadi terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Kasus-kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi jadi ‘bom waktu’ yang kelak sampai pada ‘ledakan AIDS’. *** [AIDS Watch Indonesia] ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H