Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Program Pencegahan HIV/AIDS Kota Cirebon “Membiarkan” Suami Tularkan HIV ke Istri

3 Agustus 2016   16:27 Diperbarui: 3 Agustus 2016   16:40 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja tidak bisa. Itu artinya di Kota Cirebon ada praktek pelacuran. Di Kota Cirebon dan sekitarnya memang tidak ada ’pelacuran’ karena di sana disebut ”esek-esek”. Ini eufemisme terhadap praktek pelacuran sehingga laki-laki pun tidak rikuhya menjawab kalau ditanya: Pulang dari mana? Karena jawabannya bukan dari pelacuran atau berzina, tapi pulang dari ”esek-esek” (Praktek ‘Esek-esek’ di Kab Cirebon, Jabar).

Penanggulangan pada ibu hamil (program nomor 2) yaitu tes HIV adalah program di hilir. Artinya, KPA Kota Cirebon membiarkan ibu-ibu rumah tangga (baca: istri) ditulari suaminya, setelah hamil baru dilakukan tes HIV (Gambar 3).

cirebon-3-57a1ba8bcf7e61211bfc2399.jpg
cirebon-3-57a1ba8bcf7e61211bfc2399.jpg
Bagi laki-laki dewasa yang beristri ada dua pilihan, yaitu: (a) tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual berisiko, tapi memakai kondom ketika sanggama dengan istri sehingga proses reproduksi terhenti, atau (b) memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual berisiko sehingga tidak perlu memakai kondom ketika sanggama dengan istri dan proses reproduksi bisa berjalan alamiah.

KPA Cirebon hanya menyelematkan bayi agar tidak tertular HIV dari ibunya, sementara ibu-ibu dibiarkan tertular HIV karena tidak ada program yang melindungi istri-istri dari risiko ditulari oleh suaminya.

Pelajar SMA dan SMK yang tertular HIV merupakan terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai pasangan yang tetap (baca: istri) sehingga penyebaran HIV berhenti pada mereka. Persentase pelajar puitra dengan perilaku seks berisiko sangat kecil jika dibandingkan dengan laki-laki dewasa.

Sedangkan laki-laki dewasa yang mengidap HIV/AIDS akan jadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal ke istrinya, pasangan seks yang lain serta PSK. Celakanya, program KPA Kota Cirebon justru tidak menyasar laki-laki dewasa sehingga penyebaran HIV di Kota Cirebon akan terus bertambah, al. bisa dilihat dari jumlah ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.          

Peraturan daerah (Perda) Kota Cirebon No 1 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS juga tidak menawarkan cara-cara penanggulangan yang konkret (Perda AIDS Kota Cirebon, Jawa Barat).

Lima program pencegahan yang akan dilakukan KPA Kota Cirebon tidak akan menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa, pada gilirannya jumlah ibu rumah tangga yang tertular HIV pun bertambah. Di ujung jumlah bayi yang berisiko lahir dengan HIV pun banyak pula.

Maka, tanpa program pencegahan yang konkret di hulu insiden infeksi HIV baru di Kota Cirebon akan terus terjadi yang akan jadi ’bom waktu’ menuju ’ledakan AIDS’. *** [AIDS Watch Indonesia] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun