Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Di Jawa Barat, Kebanyakan Korban HIV/AIDS adalah Ibu Rumah Tangga

18 Juli 2016   15:11 Diperbarui: 18 Juli 2016   22:09 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada ironi yang berkembang dari tahun ke tahun sejak epidemi HIV/AIDS dilaporkan di Indoensia (sejak 1987). Celakanya, ironi itu juga mendorong mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS sehingga kasus insiden infeksi HIV baru terus-menerus terjadi di Indonesia.

Di awal epidemi pernyataan resmi pemerintah menyebutkan HIV/AIDS adalah penyakit orang bule dan penyakit homoseksual. Dekade berikutnya disebutkan pula HIV/AIDS berkecamuk di lokalisasi pelacuran yang melibatkan pekerja seks komersial (PSK). Selanjutnya yang jadi ‘kambing hitam’ adalah PSK yang dipojokkan sebagai penyebar HIV.

Setelah itu pernyataan kemudian menyebutkan HIV/AIDS di Indonesia terkonsentrasi pada PSK. Celakanya, pernyataan ini hanya berdasarkan survailans tes HIV (tes HIV secara anomim tanpa tes konfirmasi) pada kalangan PSK di lokalisasi pelacuran tanpa ada survailans tes HIV pada kalangan atau kelompok lain sebagai pembanding.

Belakangan yang mencuat ke permukaan adalah HIV/AIDS sudah masuk ke keluarga yaitu kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga.

Yang jadi pertanyaan besar dari perjalanan pernyataan di atas adalah:

Pertama, yang membawa HIV/AIDS ke lokalisasi pelacuran justru laki-laki yang dalam kehidupan sehari-hari ada yang sebagai suami, pacar, selingkuhan, duda atau lajang. Fakta ini digelapkan sehingga sasaran tembak hanya kepada lokalisasi pelacuran.

Kedua, yang menularkan HIV kepada PSK justru laki-laki yang dalam kehidupan sehari-hari ada yang sebagai suami, pacar, selingkuhan, duda atau lajang. Fakta ini juga digelapkan sehingga sasaran tembak hanya kepada PSK.

Ketiga, PSK juga adalah bagian dari masyarakat yang hidup dalam keluarga. Ada yang bersuami dan mempunyai anak, mereka juga hidup dalam keluarga dengan ayah dan ibu atau dengan mertua.

Maka, pernyataan di berita ini pun memakai landasan pemikiran seperti di atas: Kasus HIV/AIDS di Jawa Barat (Jabar) semakin menakutkan. Pengidapnya kini tidak hanya dialami oleh wanita pekerja seks komersial (PSK), melainkan sudah merambah ke rumah tangga. Bahkan jumlahnya pun melebihi dari pengidap HIV/AIDS dari golongan PSK (Ibu Rumah Tangga Pengidap HIV/AIDS Lebih Banyak Ketimbang PSK, jawapos.com, 15/7-2016).

Pernyataan dalam berita itu menggambarkan pola pikir seperti alur yang disebarluaskan media massa selama ini. Padahal, kalau berpijak pada realitas, maka tidak ada yang aneh, menakutkan, dll. Soalnya, 1 PSK meladeni 3-5 laki-laki setiap malam (Lihat Gambar 1).

Laporan Kemenkes (2012): Laki-laki dewasa pelanggan PSK langsung di Indonesia ada 6,7 juta, 2,2 juta di antaranya adalah suami. Itu artinya ada 2,2 juta istri yang berisiko terular HIV dari suami. Suami-suami yang tertular HIV akan menularkan HIV ke istri, sedangkan PSK yang sudah tertular HIV jumlahnya akan tetap sama biar pun terular HIV lagi dari laki-laki pelanggannya [Lihat: Dibanding PSK, Ibu Rumah Tangga Lebih Banyak yang (Berisiko) Tertular HIV/AIDS].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun