Selain itu, ada anjuran agar orang-orang yang pernah berperilaku berisiko tinggi mau menjalani tes HIV sukarela sesuai standar prosedur operasi tes HIV yang baku. Dengan mengetahui status HIV lebih dini sebelum mencapai masa AIDS, orang tersebut dapat diajak kompromi agar tidak menulari orang lain. Selain itu, yang bersangkutan mendapat perawatan medis. Misalnya, pemberian obat antiretroviral (obat yang dapat menahan laju perkembangan HIV di dalam darah) sehingga kondisi kesehatan sampai ke masa AIDS tetap baik.****
* Syaiful W Harahap, direktur Eksekutif LSM “InfoKespro” Jakarta yang bergerak dalam bidang selisik media (media watch) berita HIV/AIDS.
[URL: http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?berita=Opini&id=28185]
=============
Ini tulisan Nur Arif Sugandi di Harian "Radar Lampung", Bandar Lampung, Rubrik “Opini”, 1 Desember 2007 (empat tahun setelah tulisan saya dimuat di tiga media cetak).
Diskriminasi terhadap Pengidap AIDS
Oleh Nur Arif Sugandi
Pemerhati Masalah Kemasyarakatan di Bandar Lampung
Setiap tahun, penderita AIDS terus meningkat seiring perkembangan zaman. Melalui Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2007 (hari ini,Red), masyarakat diajak tidak melakukan stigmatisasi (memberi cap buruk) dan diskriminasi (mengasingkan, mengucilkan, membeda-bedakan) terhadap orang-orang yang hidup dengan AIDS (Odha) karena akanmemperburuk epidemi HIV/AIDS. Stigmatitasi dan diskriminasipun merupakan perbuatan melawan hukum dan melanggar hak asasi manusia (HAM).
Selam ini di beberapa daerah Indonesia sering dilakukan razia untuk menangkap pekerja seks. Yang tertangkap diambil darahnya untuk tes HIV tanpa melalui standar prosedur tes HIV yang baku (konseling sebelum dan sesudah tes, pernyataan kesediaan, asas anonimitas, dan konfidensialitas). Hal ini dilakukan seakan-akan sebagai cara menggulangi epidemi HIV/AIDS karena pekerja seks yang terdeteksi.
HIV positif akan `diawasi’
Perlakuan itu membuat Odha mengalami stigmatisasi dan diskriminasi sehingga ada kemungkinan orang-orang yang terinfeksi HIV `menyembunyikan’ diri di masyarakat. Padahal, penanganan pasca-tes HIV sangat penting untuk mendorong orang tersebut agar tidak berperilaku berisiko.