Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kereta Api Cepat Vs. Penerbangan Murah: Akan Ada Demo (Anarkis) Lagi?

23 Maret 2016   15:34 Diperbarui: 23 Maret 2016   15:52 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Kehadiran transportasi berbasis aplikasi (teknologi IT), seperti Go-Jek, Grab, dan Uber ditentang oleh pengusaha transportasi konvensional atau tradisional melalui aksi-aksi brutal. Rupanya, mereka tidak siap menghadapi kemajuan teklonogi IT yang sangat cepat pada saat mereka dininabobokkan oleh manajemen pengelolaan yang konvensional.

Globalisasi mendorong aktivitas sehingga memerlukan transportasi yang mendukung agar semua berjalan sesuai dengan rencana. Maka, dalam konteks pasar bebas di era globalisasi tidak ada lagi proteksi-proteksian. Semua berjalan sesuai dengan kaidah yang disepakati secara internasional, al. dengan standardisasi.  

Untuk mendukung aktivitas warga di era globalisasi al. diperlukan sarana transportasi yang cepat, aman dan nyaman. Dalam kaitan inilah kehadiran berbagai pilihan sarana transportasi dan cara pemesanannya jadi penting.

MRT dan LRT

Berapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Palembang, Bandung dan Surabaya sudah ambil ancang-ancang membangun sarana trasportasi massal (mass rapid transit/MRT) yang cepat, aman dan nyaman.

Jakarta, ketika itu melalui Gubernu Joko Widodo membangun kereta api bawah tanah (Metro) di sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman-Keb Baru. Ada pula rencana pembangunan kereta layang ringan (LRT/light rail transit) dari pinggiran kota ke pusat kota Jakarta.

Jika menyimak talk show dan wawancara di media massa dengan pengamat perkotaan selalu muncul pernyataan: “Pertambahan jumlah kendaraan bermotor tidak sebanding dengan pembangunan ruas jalan.” Ini dimaksudkan oleh para pengamat itu sebagai penyebab kemacetan.

Fakta menunjukkan tidak ada satu pun kota besar di dunia yang bebas kemacetan, tapi di sana ada pilihan angkutan yang bebas macet dengan kondisi aman, nyaman dan cepat yaitu MRT. Di Bangkok, Thailand, misalnya, kemacetan bisa lebih parah dari Jakarta, tapi di sana ada MRT di bawah tanah dan MRT layang di atas permukaan tanah. Kuala Lumpur menyediakan MRT yang membelah kota dari Utara ke Selatan dan dari Barat ke Timur. Jaringan transport di sana saling bersinggungan antar moda.

Persoalan lain yang dihadapi Indonesia, khususnya di Palau Jawa, adalah transportasi antar kota besar, seperti Jakarta ke Bandung, Jakarta ke Cirebon, Jakarta ke Semarang, Jakarta ke Yogyakarta dan Jakarta ke Surabaya.

Angkutan udara, kapal terbang, tersedia melayani kota-kota tsb. dengan durasi waktu tempuh antara 30 menit sampai 90 menit. Persoalannya adalah waktu tempuh ke kota tujuan, ke bandara dan dari bandara ke pusat kota serta waktu tunggu di bandara bisa memakan waktu antara 3-6 jam.

Itu artinya akan ada pilihan antara kapal terbang dan KA Cepat yang bersaing dalam ongkos dan waktu. Dengan ongkos yang sama pun bisa jadi yang dipilih adalah KA Cepat jika waktu yang dibutuhkan 4 jam berbanding dengan 6 jam dengan kapal terbang. Ke Bandung, misalnya, dengan waktu tempuh 30 menit dengan kapal terbang, tapi menghabiskan waktu 1 jam ke bandara dan 1 jam dari bandara ke pusat kota, maka pilihan utama adalah KA Cepat dengan waktu tempuh 30 menit dengan waktu tempuh ke stasiun dan dari stasiun ke pusat kota, serta waktu tunggu di stasiun yang memakan waktu kurang dari satu jam.

Perbangan Murah

Dalam kaitan inilah kehadiran kereta api cepat (KA Cepat) menjadi pilihan utama. Di banyak negara yang dibangun adalah jaringan KA Cepat. Di Perancis ada TGV, di Jeman ada ICE, di Cina ada CRH Maglev, di Jepang ada Shinkansen, di Korsel ada KTX dengan kecepatan rata-rata antara 320 – 580 km/jam.

Presiden Joko Widodo melihat kebutuhan transportasi cepat dengan mengundang investor untuk membangun KA Cepat Jakarta-Bandung. Konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan Cina membangun jalur rel KA Cepat Jakarta-Bandung melalui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Dengan pertimbangan waktu perjalan dalam kota yaitu menuju bandara dan dari bandara ke kota yang lama, maka KA Cepat jadi pilihan karena stasiun KA Cepat ada di pusat kota. Sebaliknya, bandara-bandara di Pulau Jawa dan Indonesia justru di bangun nun di luar kota yang memakan waktu tempuh antara 1-3 jam.

Dengan ongkos yang hampir sama bisa jadi banyak yang akan memilih KA Cepat dengan alasan utama menghemat waktu. Dengan kondisi ini apakah keak perusahaan penerbangan bertarif rendah atau murah (low-cost carrier) akan merasa tersaingi?

Mereka perlu juga berkaca ke PT KAI ketika KA Parahiyangan, yang merupakan salah satu legenda transportasi nasional yang melayani rute Jakarta-Bandung pp, yang gulung tikar karena disaingi oleh mobil-mobil travel ukuran kecil yang memberikan jasa antar-jemput.

PT KAI tidak panik karena mereka mengembangkan KA kelas eksekutif yaitu KA Argo Gede sehingga penumpang tetap memilih kereta api. Soalnya, kekalahan KA karena digembar-gemborkan waktu tempuh Bandung-Jakarta setelah ada jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) bisa ditempuh di bawah dua jam ternyata tidak sepenuhnya benar. Ini terjadi karena ruas tol itu sering macet dan sering pula terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa.

Nah, apakah nanti perusahan penerbangan yang memberikan ongkos murah akan merasa KA Cepat sebagi saingan, seperti yang dialami oleh perusahaan taksi konvesional berhadap dengan perusahaan taksi dan ojek berbasis aplikasi? 

Pengusaha penerbangan murah sudah harus mulai memutar otak mencari jalan keluar jika kelak kota-kota besar di Pulau Jawa dihubungkan dengan rel KA Cepat. Tanpa inovasi mereka juga akan tergilas.

Itu artinya ada kemungkinan terjadi demo seperti yang dialami transportasi berbasis aplikasi teknologi. Semoga demo tidak anarkis karena kita takut kapal terbang akan ikut demo .... *** [Syaiful W. Harahap] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun