Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Mitos AIDS Baru yang Membuat Kalangan Heteroseksual Merasa Aman

29 Februari 2016   09:56 Diperbarui: 29 Februari 2016   10:20 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, kok bisa ada judul berita yang tidak berdasarkan fakta?

Inilah salah satu bentuk penulisan berita yang tidak berdasarkan fakta, tapi berpijak pada opini pribadi dengan balutan moralitas diri. Rupanya, wartawan yang menulis berita ini mengikuti seminar bertema “LGBT dalam Perspektif Keilmuan” di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat (26/2-2016). Dalam seminar ini, peneliti sekaligus Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr Dewi Inong Irana, SpKK, mengatakan, bahaya utama bagi para pelaku lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender (LGBT) adalah HIV-AIDS.

Pernyataan itulah yang disimpulkan wartawan dan dengan balutan moralitas dirinya sehingga muncullah opini yang justru hal yang wajib dihindari dalam jurnalistik.

IMS pada Vagina

Pernyataan dr Inong itu tidak objektif karena risiko tertular HIV bukan pada kelompok, kalangan, komunitas, dll., tapi erat kaitannya dengan perilaku seksual orang per orang.

Menyebutkan lesbian sebagai perilaku yang berbahaya tertular HIV tidak akurat karena belum ada laporan kasus HIV yang tertular melalui aktivitas seks pada lesbian.

Risiko tertular HIV pada gay, biseksual dan waria (transgender) terjadi jika mereka melakukan hubungan seksual dengan kondisi yang melakukan penetrasi tidak memakai kondom dan dilakukan dengan pasangan yang mengidap HIV/AIDS.

Kalau hubungan seksual pada gay, biseksual dan waria dilakukan dengan pasangan yang tidak mengida HIV/AIDS tentu saja tidak ada risiko penularan HIV.

Kaum heteroseksual pun berisiko tinggi tertular HIV melalui seks vaginal jika dilakukan dengan tidak aman yaitu tidak memakai kondom dan dilakukan dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering ganti-ganti pasangan.

Sebuah studi di Kota Surabaya (1990-an) menunjukkan pelanggan waria justru dari kalangan heteroseksual dan sebagian besar yang beristri. Dari studi itu terungkap pula faktor yang meningkatkan risiko laki-laki heteroseksual tertular HIV adalah laki-laki heteroseks yang jadi ‘perempuan’ yaitu dianal oleh waria (disebut ditempong). Dalam kondisi ini waria jadi laki-laki yaitu menganal (disebut menempong). Kondisi ini membuat laki-laki heteroseksual ada pada tingkat risiko tinggi tertular HIV.

Di bagian lain dr Inong mengatakan: “Infeksi Menular Seksual (IMS) tertinggi itu pada (pertama) MSM atau gay; kedua vagina; dan ketiga oral.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun