Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Memupus Kekelaman Pemahaman Tentang Gerhana Matahari Total Untuk Menambah Tujuan Wisata Baru di Nusantara

17 Februari 2016   18:00 Diperbarui: 17 Februari 2016   19:24 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan Wisata Baru

Gerhana Mataharai Total jarang terjadi. Setelah tahun 1983 baru pada tanggal 24 Oktober 1995 terjadi gerhana Matahari total yang melintas di atas wilayah Indonesia. Nah, 21 tahun kemudian yiatu 9 Maret 2016 baru terjadi lagi gerhana Matahari total. Kali ini sangat istimewa karena melewati 12 provinsi dengan rentang waktu antara 1,5 menit – 5 menit, yaitu: adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,  Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

Karena jarang terjadi, maka amatlah beralasan kalau GMT kali ini bak wajib hukumnya untuk dinikmati. Sekaligus wisata bersama keluarga. Ada baiknya merencang ulang rencana wisata tahun ini. Kalau sudah dirancang akhir tahun, akan lebih baik dimajukan saja agar bsia melihat GMT. Daerah-daerah yang tidak dilewati GMT bisa berkunjung ke kota-kota yang dilewati GMT.

Fenomena alam GMT ini dari segi pariwisata disebut astro-tourism yang sangat jarang terjadi. Bahkan, diperkirakan GMT akan melewati Indonesia 300-360 tahun yang akan datang (kompas.com, 31/1-2016).

Daerah-daerah yang dilewati GMT sudah menyiapkan berbagai atraksi budaya, olahraga dan ilmiah  untuk menyambut tamu-tamu yang akan menikmati gerhana. Diharapkan daerah-daerah yang dilewati gerhana akan menjadi daerah tujuan wisata (DTW) baru sehingga menambah DTW di Nusantara.

Kota Palembang, Sumatera Selatan, misalnya sudah menyebar tag: “Nonton Gerhana sambil Makan Empek-empek di Jembatan Ampera”. Ini menarik apalagi ada pertunjukan budaya, seperti seni tari, sehingga menambah hiburan bagi wisatawan. Jembatan Ampera sangat terkenal dan empek-empek sebagai makanan khas Palemang juga dikenal luas.

Kota Palu, Sulawesi Tengah, menjadi tujuan utama peneliti astronomi karena di kota ini GMT paling lama yaitu hampir 3 menit. Dikabarkan peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peneliti Korea Selatan, dan Himpunan Astronomi Amatir Jakarta akan mengamati gerhana di Kota Palu. Bahkan dikabarkan juga ribuan wisatawan manca negara sudah memastikan akan berada di Kota Palu saat GMT. Maka, kita berharap agar Pemkot Palu memberikan pelayanan yang prima dan hiburan seni yang menarik.

Selain itu ada juga peneliti dari Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) yang akan mengamati GMT di Maba, Maluku Utara. Sementara itu Kepala Observatorium Bosscha ITB, Mahasena Putra, mengatakan, sejumlah peneliti yang tersebar di beberapa daerah itu berencana menyiarkan langsung GMT melalui fasilitas live streaming sehingga totalitas gerhana tetap bisa dinikmati masyarakat di daerah lain (Harian “KOMPAS”, 18/1-2016).

Tips melihat gerhana dengan aman, al. memakai kacamata khusus dengan filter Neutral Density 5. Kacamata khusus ini mereduksi pancaran sinar matahari sampai 100.000 kali sinar matahari. Kacamata ini dipakai untuk melihat proses dari awal gerhana sampai gerhana penuh. Ketika gerhana penuh kacamata dilepas dan dipakai lagi ketika gerhana total mulai beralih ke gerhana biasa sampai matahari bersinar penuh (kompas.com, 31/1-2016).

Dengan kehadiran “Laskar Gerhana detikcom” masyarakat tidak lagi dibodohi dan ‘dosa’ pemerintah tahun 1983 tidak terulang lagi. Selamat Menyaksikan Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun