Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Berau Kaltim: Yang Turun Temuan Kasus Baru, Bukan Insiden Infeksi HIV Baru

10 Februari 2016   10:36 Diperbarui: 10 Februari 2016   10:49 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, saat ini bisa sedikit bernapas lega, dengan adanya penurunan temuan pengidap Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).” Ini lead pada berita “Syukurlah Kasus HIV/AIDS di Berau Turun” di berau.prokal.co (9/2-2016).

Jika disimak lead berita ini ada satu hal yang luput dari perhatian yang membuat lead ini, yaitu: yang turun adalah temuan kasus baru, bukan kejadian (insiden) infeksi (penularan) HIV terutama pada kalangan laki-laki dewasa, bisa sebagai suami, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) di wilayah Kab Berau dan di luar Kab Berau serta di luar negeri.

PSK sendiri dikenal ada dua macam, yaitu:

(1) PSK langsung yaitu PSK yang kasat mata, seperti PSK di lokasi atau lokalisasi pelacuran, di jalanan, dan tempat lain.

(2) PSK tidak langsung yaitu PSK yang tidak kasat mata, seperti cewek pemijat di panti pijat plus-plus, karyawati salon kecantikan di salon plus-plus, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, cewek kafe remang-remang, ABG, ‘cewek kampus’, ‘ayam kampus’, ibu-ibu, cewek panggilan, cewek gratifikasi seks, dll.

Terkait dengan penurunan temua kasus, maka ini pertanyaan yang sangat mendasar untuk Kepala Bidang (Kabid) Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Dinkes Berau, Andarias Baso:  Bagaimana cara yang dilakukan Dinkes Berau dalam mendeteksi kasus HIV/AIDS?

Kalau hanya menunggu penduduk datan berobat ke rumah sakit, lantas dilakukan tes HIV karena ada gejala-gejala terkait AIDS pada pasien itu artinya Dinkes Barau pasif. Bisa jadi penduduk yang mengidap HIV/AIDS tidak sempat berobat ke rumah sakit karena keburu mati. Jika ini yang terjadi tentu saja temuan kasus akan turun karena yang berobat ke rumah sakit juga berkurang.

Jika Dinkes Berau mengaitkan temuan kasus yang turun dengan insiden infeksi HIV baru, maka pernyataan berikutnya adalah: Apakah di Kab Berau ada praktek pelacuran yang melibatkan PSK langsung?

Dinkes Berau pasti menepuk dada dengan mengatkan: Tidak ada!

Secara de jure Dinkes Berau benar karena sejak reformasi tidak ada lagi lokalisasi dan rehabilitasi (lokres) pelacuran yang melibatkan PSK langsung.

Tapi, secara de facto praktik pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu yang melibatkan PSK tidak langsung.

Nah, pertanyaan selanjutnya: Apakah Dinkes Berau bisa menjamin tidak ada laki-laki dewasa penduduk Kab Berau yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung di wilayah Kab Berau dan di luar Kab Berau serta di luar negeri?

Kalau jawabannya BISA, ya penurunan kasus itu bisa masuk akal. Tapi, kalau jawabannya TIDAK BISA, maka penurunan kasus itu hanya pada temuan kasus bukan pendeteksian kasus baru di masyarakat.

Disebutkan dalam berita “ .... tahun 2014 tercatat 58 pengidap HIV/AIDS, sementara di tahun 2015 berjumlah 31 pengidap.”

Ada fakta yang luput dari pernyataan di atas yaitu penyebaran HIV/AIDS terkait erat dengan fenomena gunung es. Artinya, kasus yang terdeteksi hanya sebagian kecil (digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut) dari kasus yang ada di masyarakat (digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut).

Jika Pemkab Berau, dalam hal ini Dinkes Barau, ingin membongkar kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi, maka jalankanlah program-program ini, yaitu buat regulasi (keputusan gubernur atau perda) yang mewajibkan perempuan hamil dan pasangannya menjalani konseling tes HIV dan mewajibkan semua pasien yang berobat ke rumah sakit pemerintah menjalani tes HIV.

Di bagian lain disebutkan: “ .... selain THM, ada beberapa tempat yang juga menjadi  penyebaran HIV/AIDS.”

HIV/AIDS tidak berada atau tinggal di satu tempat, tapi ada di dalam darah orang-orang yang mengidap HIV/AIDS yang sudah terdeteksi dan yang belum atau tidak terdeteksi. Mereka inilah, yang belum tedeteksi, yang menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Ada lagi pernyataan “Dengan melihat kondisi serta sistem pergaulan remaja Berau yang mendekati perilaku seks bebas, hal seperti ini semakin sulit terkontrol dan merupakan salah satu indikator dalam penyebaran virus.”

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual di dalam dan di luar nikah (salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom).

Dari kasus yang dilaporkan di Kab Berau tidak dijelaskan perbandingan kasus pada remaja dan kelangan dewasa.

Lagi pula kasus HIV/AIDS pada remaja sudah berada pada terminal terkahir karena mereka tidak punya pasangan tetap, sedangkan kasus HIV/AIDS pada kalangan dewasa, terutama pada suami, akan menyebar terutama pada istri dan pasangan seks lain serta ke PSK. Kalau istri atau pasanga mereka tertular ada pula risiko penularan dari ibu-ke-bayi yang ada di kandungan mereka.

Mengapa justru remaja yang jadi sasaran tembak di Kab Berau?

Cobalah paparkan kasus HIV/AIDS pada laki-laki dewasa, perempuan dewasa dan remaja agar jelas duduk soalnya: Siapa yang perilakunya beriisko tertular HIV/AIDS dan siapa pula yang menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS! *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun