Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kondom dan Stigma terhadap Remaja

7 Februari 2016   10:58 Diperbarui: 7 Februari 2016   12:01 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Penjualan alat kontrasepsi jenis kondom diwacanakan akan diperketat. Khususnya pada toko-toko obat. Alasannya supaya tidak dimanfaatkan untuk hal negatif, terutama bagi yang belum berkeluarga.” Ini lead pada berita “Penjualan Kondom Diperketat” di Harian “Radar Banjarmasin” (6/2-2016).

Wacana tsb. disampaikan oleh Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (BP2PAKB), Kab Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan, H Hormansyah. Yang dimaksud diperketat adalah pembeli diharuskan mengisi formulir sebagai bukti pembeli sudah berkeluarga, bukan remaja yang belum menikah.

Menurut Hormansyah, jika anak-anak muda yang membelinya dipastikan akan digunakan ke hal negatif, sehingga tidak dijual ke mereka.

Pernyataan ini tidak akurat dan menyudutkan remaja karena bisa saja laki-laki dewasa membeli kondom untuk mencegah kehamilan pada pacar atau selingkuhan mereka.  Pernyataan Hormansyah ini tidak objektif karena tidak membandingkan perilaku remaja dalam hal membeli kondom dengan kalangan laki-laki dewasa.

Jika remaja-remaja putra membeli kondom sebagai alat untuk melindungi diri agar tidak tertular IMS (infeksi menular seksual yang penyakit-penyakit atau infeksi yang ditularkan oleh pengidap IMS ke orang lain melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, seperti kencing nanah/GO, raja singa/sifilis, virus hepatitis B, klamidia, herpes genitalis, jengger ayam, dll.) dan HIV/AIDS meunjukkan remaja tsb. memahami cara-cara yang akurat dalam mencegah penularan IMS dan HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus.

Pada masa remaja dorongan libido seks sangat tinggi sehingga perlu penyaluran. Dorongan seksual sebagai kebutuhan biologis tidak bisa disubsitusi dengan kegiatan lain sehingga remaja-remaja itu melakukan hubungan seksual. Jika mereka lakukan dengan pacar tentu ada risiko kehamilan, kalau mereka lakukan dengan pekerja seks komerisal (PSK) ada risiko tertular IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus. PSK dikenal ada dua tipe yaitu: (1) PSK langsung yaitu PSK yang kasat mata. Mereka ini ‘praktek’ di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau mangkal di tempat-tempat tertentu, dan (2) PSK tidak langsung yaitu PSK yang tidak kasat mata, seperti cewek pemijat di panti pijat plus-plus, karyawati salon kecantikan di salon plus-plus, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, cewek kafe remang-remang, ABG, ‘cewek kampus’, ‘ayam kampus’, ibu-ibu, cewek panggilan, cewek gratifikasi seks, dll.

Pertanyaan untu Pak Hormansyah: Apaka di Kab Tabalong ada pelacuran?

Tentu saja dengan menepuk dada Pak Hormansyah mengatakan: Tidak Ada!

Pak Hormansyah benar secara de jure. Tapi, secara de facto ada praktik pelacuran di berbagai tempat dengan cewek panggilan. Maka, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan kondom sangat penting agar penyebaran IMS dan HIV/AIDS tidak terjadi di masyarakat Kab Tabalong.

Jika penjualan kondom dibatasi, maka bisa terjadi penjualan kondom di pasar gelap dengan dampak harga yang makin mahal. Bisa juga laki-laki beristri jadi calo penjual kondom kepada remaja ini pun harga akan melonjak.

Jika penjualan kondom dibatasi, maka remaja akan berhadapan langsung dengan risiko kehamilan pacar, tertular IMS, tertular HIV/AIDS atau tertular IMS dan HIV/AIDS sekaligus.

Dalam program keluarga berencana (KB) kondom mempunyai dua manfaat, yaitu (a) mencegah kehamilan, dan (b) mencegah penularan IMS dan HIV/AIDS. Sayang, pemerintah mengabaikan hal ini sehingga kian banyak ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap IMS dan HIV/AIDS karena mereka tertular dari suaminya.

Dengan langkah BP2PAKB Kab Tabalong ini yaitu membatasi akses penjualan kondom, khususnya bagi remaja, maka Pemkab Tabalong siap-siap menghadapi ‘ledakan AIDS’ di kalangan remaja putra. *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***

*) Sumber Gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun