Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

PSK Terdeteksi AIDS Dipulangkan, Laki-laki yang Idap AIDS Dibiarkan Menyebarkan HIV

6 Februari 2016   12:06 Diperbarui: 7 Februari 2016   08:26 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

17 PSK Terindikasi HIV/AIDS Dipulangkan” Ini judul berita di www.korankaltim.com (1/2-2016). Ini Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) Kaltim.                

Jika disimak makna yang ada di dalam judul berita ini, maka ada 17 PSK yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Itu artinya ada pula 17 laki-laki dewasa, dalam kehidupan sehari-hari al. bisa sebagai seorang suami, yang mengidap HIV/AIDS yaitu yang menularkan HIV ke PSK tsb.

Di sisi lain ada pula puluhan bahkan ratusan laki-laki dewasa, dalam kehidupan sehari-hari al. bisa sebagai seorang suami, yang berisiko tertular HIV dari 17 PSK tadi jika ketika mereka melakukan hubungan seksual laki-laki tidak memakai kondom.

Secara teoritis seseorang terdeteksi mengidap HIV/AIDS melalui tes HIV minimal sudah tertular 3 (tiga) bulan. Waktu tiga bulan diperlukan tubuh untuk memproduksi antibody HIV. Dalam tes HIV yang dicari bukan virus (HIV), tapi antibody HIV.

Maka, ada 3.060 laki-laki yang berisiko tertular HIV, yaitu 17 PSK x 3 laki-kaki/malam x 20 hari/bulan x 3 bulan. Angka ini jika memang 17 PSK itu baru tertular 3 bulan sebelum dites. Kalau ada di antara 17 PSK itu ketika dites sudah masuk masa AIDS itu artinya PSK itu sudah tertular antara 5-15 tahun sebelum menjalani tes HIV. Nah, kalau ini yang terjadi maka jumlah laki-laki yang berisko tertular HIV bisa mencapai ribuan.

Celakanya, laki-laki dewasa yang tertular HIV dari PSK tidak menyadarinya. Bahkan bertahun-tahun tidak ada gejala dan keluhan yang khas AIDS pada fisik orang-orang yang tertular HIV.

Kondisi di atas membuat laki-laki yang mengidap HIV/AIDS, dalam hal ini yang tertular dari 17 PSK tadi, menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat secara horizontal, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Salah satu indikator laki-laki sebagai penyebar HIV adalah kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada perempuan hamil. Sayang, dalam berita tidak ada data tentang jumlah kasus HIV/AIDS di Kukar.

Dalam berita disebutkan “Pemulangan dilakukan setelah mereka menjalani perawatan medis dan pendampingan.”

PSK itu menjalani perawatan medis apa? Tidak dijelaskan. Soalnya, orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS tidak otomatis membutuhkan pelayanan medis, kecuali sudah masuk masa AIDS karena ada infeksi oportunistik, seperti diare, TBC, jamur di mulut, dll.

Celakanya, laki-laki yang tertular HIV dari PSK itu tidak terdeteksi dan mereka menyebarkan HIV di Kukar tanpa mereka sadari.

Di bagian lain disebutkan “Satu PSK diketahui mengidap HIV/AIDS di salah satu lokalisasi pada pertengahan Desember 2015 lalu dan meninggal dunia di RSUD AM Parikesit.”

Kematian PSK ini terjadi pada masa AIDS yaitu setelah tertular antara 5-15 tahun. Nah, coba kita hitung jumlah laki-laki dewasa yang berisiko tertular HIV dari PSK yang mati ini: 1 PSK x 3 laki-laki/malam x 20 hari/bulan x 5 tahun atau 15 tahun = 3.600 – 10.800.

Angka itu tidak kecil karena menjadi mata rantai penyebaran HIV. Ketika istri-istri mereka tertular HIV, maka ada pula risiko penularan secara vertikal dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya.

Ada pula pernyataan, oleh  Kepala Bidang Rehabilitasi dan Kesetiakawanan (Resos) Dinsos Kukar, Supriyanto, justru merupakan mitos (anggapan yang salah) yang menjadi salah satu isu yang melemahkan program penanggulangan HIV/AIDS, yaitu: “ ....  Kami mengimbau juga agar warga tak lagi mengunjungi lokalisasi agar tidak tertular HIV/AIDS yang kemudian bisa terbawa sampai ke anggota keluarga.”

Risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual tidak tergantung pada tempat hubungan seksual dilakukan, tapi tergantung pada kondisi saat hubungan seksual terjadi, yaitu dilakukan dengan yang mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom ketika hubungan seksual.

Melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK di lokalisasi merupakan perilaku yang berisiko tertular HIV karena PSK adalah orang yang sering melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti.  Bisa saja terjadi salah satu di antara laki-laki yang pernah dilayani PSK itu mengidap HIV/AIDS sehingga PSK itu pun berisiko pula tertular HIV. *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun