Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

(Jika) Virus Zika Bisa Ditularkan Melalui Hubungan Seksual: Berpotensi Dikait-kaitkan dengan Moral yang Bermuara pada Stigma

4 Februari 2016   11:01 Diperbarui: 4 Februari 2016   12:41 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deteksi Penyebaran Zika. Bisa Ditularkan Melalui Hubungan Seksual” Ini judul berita di Harian “KOMPAS” edisi 4 Februari 2016. Tentu saja penemuan ilmiah ini kian mengancam kesehatan global.

Badan Kesehatan Sedunia PBB (WHO) pun, seperti disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, menebutkan bahwa menetapkan penyebaran virus Zika sebagai soal kesehatan global karena ini berpotensi menyebar ke seluruh dunia sehingga penanggulangannya butuh kerja sama internasional.

Pada awal epidemi virus ini menyebar di Afria, Asia khususnya Asia Tenggara, Karibia dan Mikronesia, tapi sampai akhir Januari 2016 ada 18 negara di Amerika Latin yang melaporkan kasus virus Zika. Data terakhir menyebutkan sudah 30 negara yang melaporkan virus Zika, termasuk Indonesia. Brazil melaporkan 16.490 warganya terdeteksi tertular viru Zika, 1.090 di antaranya menular ke perempuan hamil. Belakangan beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara di Eropa juga melaporkan kasus virus Zika.

Zika aalah nama hutan di Uganda, Afrika, yang menjadi habitat monyet yang menjadi sumber penyebaran virus Zika. Virus ini merupakan Flavivirus yaitu kelompok Arbovirus yang merupakan bagian dari virus RNA. Kalangan ahli mengisolasi virus ini tahun 1948 dari monyet di hutan Zika di Uganda.

Kalangan ahli pada mulanya menyebutkan virus Zika ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yaitu nyamuk yang juga menularkan virus Dengue yang menjadi penyebab sakit demam berdarah, dan Chikungunya.

Karena media yang menularkan nyamuk, maka amatlah sulit mencegah penyebaran virus Zika karena di daerah tropis penyebaran nyamuk sangat tinggi.  Agaknya, kondisi ini bisa membuat kalangan ahli agak lambat memikirkan vaksin dan obat virus Zika karena hanya ada di negara-negara tropis.

Laporan tentang virus Zika menyebutkan jika perempuan hamil terinfeksi virus Zika, maka bayi yang dilahirkan kelak kepalanya kecil (mikrosefali) sehingga mempengaruhi perkembangan otak si bayi.

Tapi, data ini diharapkan membalik paradigma berpikir kalangan ahli karena ada laporan terbaru dari AS. Dikabarkan Dr Tom Frieden, Direktur Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS, menyebukan ada kasus infeksi Zika secara seksual di Texas. Dikabarkan seorang perempuan di Texas yang tidak pernah meninggalkan AS terdeteksi tertular virus Zika. Pasangannya tertular virus Zika ketika berkunjung ke Venezuela, Amerika Latin. Tapi, Organisasi Kesehatan Pan American (PAHO) menyebutkan bahwa diperlukan lebih banyak bukti tentang penularan virus Zika melalui hubungan seksual.

Jika kelak WHO memastikan bahwa virus Zika bisa ditularkan melalui hubungan seksual, maka langkah-langkah penanggulangan dan pencegahan pun kita rumit dan pelik. Bahkan, di negara-negara subtropis yang tidak mempunyai populasi nyamuk Aedes aegyptii pun penyebaran virus Zika akan jadi masalah besar jika bisa ditularkan melalui hubungan seksual.

Yang akan jadi persoalan besar adalah jika informasi tentang penularan virus Zika melalui hubungan seksual tidak disampaikan dengan konkret, seperti halnya penularan HIV/AIDS, akan dikait-kaitkan dengan hubungan seksual di luar nikah, seperti pelacuran.

DI awal-awal epidemi HIV/AIDS informasi tentang penularan HIV melalui hubungan seksual tidak konkret karena selalu dikaitkan dengan pelacuran sehingga orang-orang yang sok moralis pun membalut lidahnya dengan moral dan mengaitkan penularn HIV dengan hubungan seksual di luar nikah.

Padahal, penularan HIV melalui hubungan seksual sama sekali tidak ada kaitannya dengan sifat hubungan seksual (zina, melacur, selingkuh, jajan, seks anal, seks oral, dll.), tapi terkait langsung dengan kondisi hubungan seksual yaitu salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual.

Celakanya, cara penularan virus Hepatitis B yang juga persis sama dengan penularn HIV tidak pernah dikait-kaitkan dengan moral.

Bertolak dari kasus pengaitkan penularan HIV/AIDS dengan moral, maka para pakar diingatkan agar tidak hanya mengaitkan penularan virus Zika, jika kelak terbukti, dengan sifat hubungan seksual tapi kondisi hubungan seksual.

Soalnya, pengaitan cara penularan HIV dengan sifat hubungan seksual menyuburkan stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Akibatnya, banyak orang yang perilakunya berisiko tertular HIV/AIDS tidak mau menjalani tes HIV karena takut kena stigma dan diskriminasi.

Jika kelak penularan virus Zika terbukti bisa melalui hubungan seksual dan dikait-kaitkan dengan sifat hubungan seksual pula, itu artinya penanggulangan virus Zika akan lebih pelik dari HIV/AIDS. Maka, kita tinggal menunggu ledakan korban virus Zika (dari berbagai sumber). ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun