Padahal, penularan HIV melalui hubungan seksual sama sekali tidak ada kaitannya dengan sifat hubungan seksual (zina, melacur, selingkuh, jajan, seks anal, seks oral, dll.), tapi terkait langsung dengan kondisi hubungan seksual yaitu salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual.
Celakanya, cara penularan virus Hepatitis B yang juga persis sama dengan penularn HIV tidak pernah dikait-kaitkan dengan moral.
Bertolak dari kasus pengaitkan penularan HIV/AIDS dengan moral, maka para pakar diingatkan agar tidak hanya mengaitkan penularan virus Zika, jika kelak terbukti, dengan sifat hubungan seksual tapi kondisi hubungan seksual.
Soalnya, pengaitan cara penularan HIV dengan sifat hubungan seksual menyuburkan stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Akibatnya, banyak orang yang perilakunya berisiko tertular HIV/AIDS tidak mau menjalani tes HIV karena takut kena stigma dan diskriminasi.
Jika kelak penularan virus Zika terbukti bisa melalui hubungan seksual dan dikait-kaitkan dengan sifat hubungan seksual pula, itu artinya penanggulangan virus Zika akan lebih pelik dari HIV/AIDS. Maka, kita tinggal menunggu ledakan korban virus Zika (dari berbagai sumber). ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H