“Teman Ahok”, relawan pendukung Ahok, mengatakan sudah mengumpulkan 627.854 KTP, tapi Ahok tetap meminta agar terkumpul 1 juta KTP. Ini sebagai antisipasi kalau ada yang pindah atau berubah pikiran.
Belakangan ini banyak nama yang disodorkan sebagai ‘penantang’ Ahok pada Pilkada 2017, al. Emil (Walikota Bandung Ridwan Kamil) dan Risma (Walikota Surabaya Tri Rismaharini). Tapi, secara faktual elektabilitas dan popularitas mereka jauh di bawah Ahok. Itu artinya Emil dan Risma hanya ada di ranah hiperrealitas, sedangkan Ahok membumi dengan realitas (Ahok Vs Tri Rismaharini & Ridwan Kamil: Realitas Vs Hiperrealitas).
Dengan elektabilitas (dikenal secara luas dengan kinerja yang baik) 43,25 persen (survei CSIS, KOMPAS, 26/1-2016) Ahok mengungguli semua nama yang digadang-gadang akan menjadi pesaingnya di Pilkada DKI Jakarta 2017. Bandingkan dengan Emil 17,25 dan Risma 8,00. Nama-nama tokoh lain di bawah 4,25 (Adhyaksa Dault), bahkan H Lulung hanya 3,75.
Jika berpijak pada tingkat elektabilitas nama-nama yang disebut-sebut sebagai pesaing Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017, maka jika kalah itu artinya sama saja dengan menggali ‘liang kubur’ karir politik sendiri.
Soalnya, survei CSIS itu menunjukkan bahwa 72,68 persen pemilih dari simpatisan partai mengaku akan tetap memilih Ahok kalau partai yang mereka dukung tidak mengajukan Ahok sebagai calon gubernur. ***
Gambar: repro Harian "KOMPAS"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H