Sayang, dalam berita tidak dijelaskan faktor risiko (cara penularan) pada 1.328 kasus yang terdeteksi pada prajurit TNI tsb. Berdasarkan faktor-faktor risiko itulah bisa dijalankan program penanggulangan yang konkret.
Kalau hanya mengandalkan sosialisasi tidak akan berguna karena dibutuhkan waktu yang lama untuk mengubah perilaku. Pada rentang waktu dari mulai sosialisasi sampai perilaku berubah tentu saja bisa terjadi perilaku berisiko. Artinya, sudah ada prajurit yang tertular HIV/AIDS.
Maka, yang diperlukan adalah program penanggulangan yang konkret di hulu agar insiden infeksi HIV pada prajurit TNI bisa ditekan. Karena untuk menghentikan insiden infeksi HIV baru, terutama pada sebagian laki-laki dewasa, adalah hal yang mustahil karena tidak bisa semua prajurit diawasi perilaku seksnya. *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H