Koq bisa?
Ya, hanya orang-orang yang merusak kunci koper itu sajalah yang bisa menjawabnya. Sususan pakaian pun menggumpal karena ada tekanan dari sisi ke bahwa seperti memasukkan tangan ke bawah pakaian.
Untuk memasukkan tangan ke dalam koper tentulah resleting koper harus dibuka. Itu artinya kunci gemok itu pun dibuka paksa atau dengan cara-cara yang lazim dipakai orang-orang yang mengerti cara membuka kunci.
Pertanyaan paling mendasar adalah: Mengapa angka-angka kode kunci koper ada di posisi 0-0-0?
Ketika saya masukkan ke timbangan di meja check-in angka itu acak.
Tapi, ketika tiba di penginapan di Sofifi, Maluku Utara, baru saya kaget karena ujung resleting yang menjadi cantelan kunci tidak ada di kunci koper. Bahkan, angka kode kunci ada pada posisi “0-0-0”.
Keselahan saya adalah tidak mengecek koper di Bandara Ternate. Soalnya, sudah puluhan tahun tidak pernah kunci koper saya dirusak. Sehingga setiap kali menarik koper dan ban berjalan tidak saya perhatikan kondisi kunci koper.
Koper selalu saya masukkan ke bagasi karena sering terjadi tempat barang di kabin penuh karena banyak penumpang yang membawa barang bawaan ke kabin lebih dari dua. Saya pikir daripada repot di kabin lebih baik saya masukkan ke bagasi.
Ini pengalaman buruk pertama dan terakhir. Koper akan selalu saya bawa ke kabin karena ulang ‘tikus-tikus’ di bandara kita rupanya belum berhenti. Biar pun sudah pernah ditangani polisi rupanya ‘tikus-tikus’ itu tetap beraksi merusak kunci koper penumpang.
Akan sangat bijaksana kalau manajemen Sriwijaya Air dan Angkasa Pura I sebagai pengelola Bandara Soekarno-Hatta bisa memberikan penjelasan yang masuk akal mengapa kunci koper saya pada posisi “0-0-0” dan ‘anak kuncinya’ terlepas.
Atau bisa saja manajemen Sriwijaya Air dan Angkasa Pura I masa bodoh. Kalau ini yang terjadi, ya tulisan ini pun akhirnya ditujukan kepada-Nya agar memberikan balasan yang setimpal, misalnya digilas roda kapal terbang, terhadap yang berperilaku buruk di bandara yang merugikan orang lain. *** [Syaiful W. Harahap] ***