Lebih lanjut pegawai rumah sakit tadi mengatakan (lagi): “..mslh HIV bukan cuma msalh laki2 dws tapi semua org walau porsi berbeda2 juga peran.”
Lho, dalam konteks ‘20 balita idap HIV’ itu ‘kan persoalan ada pada laki-laki dewasa yaitu suami. Maka, yang perlu disasar Pemkab Buleleng adalah laki-laki dewasa agar tidak ada lagi yang melakukan perilaku berisiko tertular HIV sehingga mata rantai penularan ke bayi bisa diputus pada suami-suami itu.
Tidak semua orang berperan dalam penanggulangan HIV/AIDS. Ada skala prioritas yaitu orang-orang dengan perilaku berisiko dan potensial sebagai mata rantai penyebaran HIV. Ini langkah di hulu. Tapi, di Indonesia program yang dijalankan hanya ada di hilir yaitu: tes HIV, pengobatan HIV, dll. Itu artinya terjadi pembiaran terhadap rakyat sehingga insiden infeksi HIV baru terus terjadi.
Maka, tidaklah mengherankan kalau kelak akan terjadi ‘ledakan AIDS’ di negeri ini. *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H