PSK Langsung
Yang benar adalah HIV/AIDS bisa diobati, tapi HIV tidak bisa dimatikan di dalam tubuh manusia sehingga tidak bisa disembuhkan. Yang ada sekarang yaitu obat antiretriviral (ARV) yakni obat untuk menekan laju pertambahan virus (HIV) di dalam darah. Ketika HIV masuk ke dalam darah manusia HIV akan mencari sel-sel darah putih untuk berkemang biak. Satu hari HIV bisa mereplikasi diri antara 10 miliar sampai 1 trilun virus baru. Sel-sel darah putih yang dijadikan sebagai ‘pabrik’ oleh HIV akan rusak sehingga sistem kekelaan tubuh turun drastis sehingga akan masuk masa AIDS. Di sinilah manfaat obat ARV yaitu menekan jumlah HIV mereplikasi diri memproduksi virus (HIV) baru.
Maka, yang diperlukan oleh Pemprov DKI Jakarta adalah menurunkan insiden infeksi HIV baru, khususnya pada laki-laki melalui perilaku berisiko berupa hubungan seksual dengan PSK langsung, yaitu intervensi berupa program hubungan seksual aman yakni laki-laki selalu memakai kondom. Ini adalah program di hulu.
Dengan kondisi seperti sekarang ketika tidak ada intervensi terhadap laki-laki yang melakukan perilaku berisko dengan PSK langsung banyak kasus HIV/AIDS terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga.
Tapi, dengan menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki melalui intervensi berupa pemakaian kondom pada perilaku berisiko dengan PSK langsung, maka tingkat penyebaran HIV di masyarakat pun turun. Misalnya, jumlah suami yang tertular HIV turun sehingga jumlah ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS pun berkurang pula.
Sedangkan yang diwacanakan Gubernur Ahok dan Ketua Komisi E DPRD DKI Pantas Nainggolan berupa tes HIV terhadap warga Jakarta adalah langkah di hilir (Lihat Gambar). Warga dibiarkan tertular HIV karena Pemprov DKI Jakarta tidak melakukan intervensi di hulu.
Langkah intervensi tsb. hanya bisa dilakukan jika kegiatan PSK langsung diregulasi yaitu ditempatkan di satu kawasan. Kalau PSK langsung tidak ‘praktek’ di satu tempat yang dikhususkan, misalnya seperti sekarang praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu, maka intervensi tidak bisa dilakukan.
Tentu saja hal yang mustahil merazia semua penginapan, losmen, hotel melati, hotel berbintang, apartemen, tempat-tempat kos, dll. setiap saat karena praktek pelacuran terjadi setiap saat di berbagai tempat tsb.
Intervensi program tidak bisa dilakukan terhadap PSK tidak langsung, sehingga risiko penyebaran HIV/AIDS melalui praktek pelacuran yang melibatkan PSK tidak langsung sangat besar.
Jika intervensi terhadap PSK langsung saja tidak dilakukan dengan konsisten, maka penyebaran HIV/AIDS di Jakarta akan sangat besar yang kelak akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’. *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H