Ada apa?
“Ada kiriman, Pak,” kata Pak Misbach.
Astaga, lagi-lagi ulah dukun santet yang dibayar oleh kerabat yang memelihara buto ijo untuk pesugihan. Soalnya, perjanjian dengan buto ijo tumbal harus diserahkan bulan Muharram atau paling lambat maulid.
Itulah sebabnya kiriman gencar dan mengutus ’dua (sosok) perempuan’ untuk memasukkan benda-benda ke tubuh saya.
Sebelum berangkat ke Balikpapan saya menitipkan anak dan pembantu kepada Bu RT. ”Ya, saya lihat ada dua sosok memakai baju putih seperti pakai jilbab di depan rumah Bapak,” kata Bu RT. Itu kira-kira pukul 23.30. Bu RT sengaja melongok ke kontrakan saya untuk memastikan semuanya baik-baik. Karena dua sosok itu persis seperti perempuan yang sedang berdiri, Bu RT tidak mendatangi sosok itu.
”Saya pikir tamu ke Bu Ustadzah,” kata Bu RT tentang dua sosok perempuan itu. Rumah kontrakan saya bersebelahan dengan rumah ustadzah.
”Ya, itu dia, Pak,” kata Pak Miscbah lagi tentang sosok itu yang merupakan jelmaan itu. Makhluk itu dikirim untuk menaburkan benda-benda tajam yang akan menyerang saya secara langsung.
”Di loteng ada suara kaki berjalan-jalan, Pak,” kata pembantu tadi. Rupanya, makhluk itu mencari keberadaan saya di rumah sehingga di loteng makhluk itu hilir-mudik di atas gantungan pakaian di kamar ke lemari pakaian di ruang depan.
Mendengar suara kaki itu pastilah loteng yang terbuat dari tripleks itu akan jebol. Tapi, karena makhluk halus maka tidak ada bekas pijakan di loteng.
Saya meminta Pak Misbach mengusir makhluk di loteng dan sosok perempuan di depan pintu.
Alhamdulillah. Satu jam kemudian putri saya menelepon mengatakan tidak ada lagi suara-suara kaki yang hilir-mudik di loteng. Mereka kembali tidur bertiga. Semua lampu dinyalakan.