Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serial Santet #10 | Ular Kobra di WC

19 Agustus 2013   04:34 Diperbarui: 14 Juni 2018   05:06 3112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Home stay yang kami tempati di P. Untung Jawa itu berdinding tembok, beratap genteng, lantai keramik dan plafon tripleks. Lobang pembuangan air pun mempunyai saringan. Pintu tertutup rapat. Tidak ada lobang di bawah pintu. Jendala pun tertutup rapat.

Jawabannya baru saya dapatkan ketika Pak Misbach (salah satu yang mengobati saya di Cilegon, Banten) menyebutkan ciri-ciri padepokan dukun santet yang mengirim benda ke rumah dan badan saya.

Ketika menarik benda di rumah, sebelum puasa tahun 2005, Pak Misbach memberikan ciri-ciri padepokan dukun santet yang menyantet saya.

Lambang padepokan dukun santet itu, di sebuah kota di Jawa Tengah itu, adalah manusia berbadan ular. Tapi, dukun itu tinggal di Kota “S” di Jawa Barat dengan nama samaran dengan panggilan ustadz. Dukun inilah yang pertama kali mengirim santet ke rumah dan badan saya tanggal 10 Muharram tahun 1425 H bertepatan dengan 10 Februari 2005. Ketika itu putra saya dan ibunya ada di kota yang sama dengan tempat dukun tadi mengirimkan santet ke saya.

Ketika ular bisa saya masukkan ke lobang WC saya hanya bisa bersyukur dan mengurut dada. Saya tidak bisa membayangkan seandainya putri saya yang masuk duluan ke kamar mandi itu tentulah akan lain ceritanya.

Lagi-lagi saya harus berjuang untuk menghindari upaya yang akan mencederai saya dan putri saya sebagai tumbal untuk pesugihan.

Alhamdulillah. Lagi-lagi Tuhan melindungi saya dan putri saya sehingga tidak mati konyol sebagai wadal sebagai persembahan untuk pesugihan. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun