“Ya, ada, sih, riwayat tentang santet,” kata guru agama di sebuah SMP negeri di Jakarta Timur sambil meninggal saya di ruang guru ketika saya jelaskan tentang putri saya yang sering bolos.
Alhamdulillah. Beberapa guru mau mendengar cerita saya. Bahkan, seorang guru matematika putri saya di SMP menawarkan diri untuk memberikan les tambahan kepada putri saya. Tentu saja tawaran itu saya terima.
“Saya curiga kepada putri Bapak. Sorot mtanya tidak seperti anak sebayanya,” kata Bu Guru yang baik hati ini.
Pagar SMP tempat putri saya belajar hanya berbatas gang dengan rumah saya. Ternyata dia sudah tiga bulan tidak masuk sekolah. Guru kelasnya memanggil saya dan mengabarkan bahwa anak saya bolos selama tiga bulan lebih.
Astaga. Ada apa?
Padahal, belasan langkah dari pintu rumah dia sudah sampai ke gerbang sekolah.
Saya tidak tahu mengapa hal itu terjadi. Dengan berbagai cara dan dukungan dari guru kelas dan salah satu guru BP anak saya bisa dibujuk untuk sekolah.
Guru kelas anak saya di kelas satu SMP sangat membantu saya. Hampir tiap hari saya bertemu dan ngobrol tentang putri saya. Bukan karena Bu Guru kelas itu orang Batak, tapi karena dia bisa menerima penjelasan saya.
Setelah saya dan putri saya sering berobat ke Banten, barulah ketahuan mengapa dia sering bolos. “Di gerbang sekolah SD dan SMP ada boneka putri Bapak ditanam,” kata Pak Misbah di Cilegon, Banten, yang mengobati saya. Boneka itu boneka gorila yang menabuh drum yang dibeli pada satau penerbangan.
Boneka itu ‘dijaga’ makhluk halus. Ketika putri saya keluar rumah dan melangkah menuju gerbang dia ketakutan dan langsung belok kiri karen ada wujud gorila di gerbang sekolah. Dia pun melanjutkan perjalanan ke sebuah mal di Jalan Pemuda, Jakart Timur.
Menjelang magrib pas sekolah bubar dia sudah ada di rumah. Itulah yang dia lakukan selama tiga bulan membolos.