Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dikebiri, Odha Perempuan yang Melahirkan Langsung Dimandulkan

28 Desember 2012   02:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* Fakta dari Peluncuran film “HARUS!!”

Liputan (Jakarta, 28/12-2012) – Derita demi derita rupanya tetap mendera perempuan-perempuan yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Selain menerima stigma (cap buruk) dan diskrimnasi (perlakuan berbeda), akhir-akhir ini Odha (Orang dengan HIV/AIDS) perempuan juga mengalami perlakuan yang tidak manusia yaitu mereka langsung disterilisasi (dimandulkan) ketika masih di meja operasi waktu melahirkan.

Hal ini terungkap pada peluncuran film “Harus!!” yang diproduksi oleh IPPI (Ikatan Perempuan Positif Indonesia) dengan dukungan UN Women di Jakarta (27/12-2012).

Film itu sendiri dibuat berdasarkan kisah nyata (true story) Odha perempuan di berbagai daerah di Indonesia. Seperti yang dikatakan Baby Rivona dari IPPI, film ini diharapkan sebagai upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak ada lagi kekerasan yang dialami oleh perempuan, bukan hanya Odha perempuan.

Baby berharap agar masyarakat tidak salah paham jika melihat film ini. ”Kami tidak bermaksud mendorong perempuan ’melawan’ kepada suami,” kata Baby sebelum pemutaran film.

Memang, yang diharapkan adalah meningkatkan posisi tawar istri terhadap suami yang melakukan kekerasan terkait dengan status istri sebagai Odha.

Dari penelitian IPPI di lima provinsi terkait dengan perlakuan yang dialami oleh istri-istri dengan status Odha menunjukkan mereka menjadi bulan-bulanan suami. Dijadikan sebagai pencari nafkah, al. memaksa istri jadi tenaga kerja ke luar negeri (TKW), sementara suami ongkang-ongkang sebagai penangguran yang menghabiskan waktu dan uang di warung untuk minum-minum miras (minuman keras) dan menjadi pelangganPSK di pelacuran.

Padahal, tidak sedikit di antara istri-istri dengan status Odha itu yang justru tertular dari suaminya. Tapi, suami-suami menjadikan status istri sebagai senjata untuk menjadikan istri sebagai objek.

1356660744626128986
1356660744626128986
Pemeran utama film ini Ayu Oktarian (Eli) juga berharap agar ada pemahaman di masyarakat bahwa perempuan, terutama Odha perempuan, bukanlah pihak yang harus selalu ada di pihak yang jadi korban kekerasan.

Selain stigma dan diskriminasi, Odha perempuan pun mengalami perlakuan yang tidak manusia di meja operasi ketika melahirkan. Mereka langsung dimandulkan (disterilisasi) dengan cara tubektomi tanpa melalui persetujuan (tubektomi adalah pemotongan saluran indung telur atau tuba fallopi sehingga sel telur tidak bisa memasuki rahim untuk dibuahi. Tubektomi bersifat permanen. Walaupun bisa disambungkan kembali, namun tingkat fertilitasnya tidak akan kembali seperti sedia kala. Tubektomi adalah salah satu alternatif KB/keluarga berencana-id.wikipedia.org).

Pemandulan yang dilakukan tenaga medis itu merupakan bentuk nyata perbuatan yang melawan hukum dan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia (HAM).

Agaknya, tenaga medis merasa jadi ’pahlawan’ dalam penanggulangan HIV/AIDS karena dengan menandulkan Odha perempuan maka tidak ada lagi bayi yang lahir dengan HIV/AIDS.

Tentu saja anggapan tenaga medis itu naif dan menyesatkan karena penularan HIV dari perempuan hamil yang mengidap HIV/AIDS ke bayi yang dikandungnya tidak terjadi secara otomatis.

Risiko penularan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya antara 15-30 pesern jika masa kehamilan tidak ditangani oleh dokter. Kalau ditangani oleh dokter maka risiko bisa ditekan sampai nol persen, al. dengan pemberitan obat antiretroviral (ARV) dengan persalinan melalui operasi Caesar dan tidak menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Bandingkan dengan penyakit-penyakit genetika (sebuah kondisi yang disebabkan oleh kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe klinis, sekarang ini ada sekitar 4.000 penyakit genetik yang sudah diidentifikasi -id.wikipedia.org). Beberapa penyakit genetik yang otomatis diturunkan dari orang tua ke anak, seperti thalasemia.Dengan angka kelahiran 23 per 1.000 dari 240 juta penduduk Indonesia, maka diperkirakan ada sekitar 3.000 bayi penderita thalasemia yang lahir tiap tahun (www.beritasatu.com, 2/6-2012).

Tapi, karena pemahaman terhadap HIV/AIDS yang tidak komprehensif di banyak kalangan, maka dikesankan penularan HIV dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya terjadi otomatis.

Kekerasan yang dialami Odha perempuan merupakan dampak buruk dari pemahaman yang tidak komprehensif tentang HIV/AIDS di masyarakat. Ini terjadi karena selama ini informasi HIV/AIDS yang disebarluaskan melalui brosur, buku, leaflet, ceramah, dan berita di media massa selalu dibalut dengan moral sehingga fakta medis tentang HIV/AIDS kabur. Yang ditangkap oleh masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).

Perempuan yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS, seperti pekerja seks komersial (PSK) dan ibu rumah tangga, tertular dari laki-laki.

PSK tertular dari laki-laki ’hidung belang’ yang tidak mau memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK.

Ibu rumah tangga tertular HIV dari suaminya. Suami tertular HIV melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan lain atau dengan PSK, waria serta laki-laki yang dikenal sebagai LSL/lelaki suka seks lelaki (Lihat: Laki-laki Suka (Seks) Laki-laki (LSL) dalam Epidemi AIDS di Indonesia - http://www.aidsindonesia.com/2012/11/laki-laki-suka-seks-laki-laki-lsl-dalam.html).

Kembali ke pemahaman yang naif pada tenaga medis yang melakukan pemandulan mereka mengabaikan fakta empiris bahwa yang menyebarkan HIV adalah laki-laki. Biar pun perempuan-perempuan yang mengidap HIV/AIDS dimandulkan selama suami atau pasangan perempuan-perempuan itu tidak menjalani tes HIV dengan konseling, maka selama itu pula mereka menyebarkan HIV di masyakarat.

Laporan kasus HIV/AIDS yang terdeteksi ada ibu rumah tangga merata dari semua daerah. Ini membuktikan perilaku suami-suami yang berisiko tertular HIV, al. melacur tanpa kondom dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung, terjadi di masyarakat.

Celakanya, karena primordialisme yang kental di masyarakat maka yang disalahkan ada kesalahan selalu ada pada perempuan. Ini pulalah yang dilihat oleh Baby Jim Adytia, aktivis di Partisan, sebagai salah satu faktor yang membenamkan perempuan pada posisi yang terpuruk di masyarakat.

Kondisi ini diperburuk oleh pemahaman yang tidak komprehensif terhadap agama sehingga menempatkan perempuan sebagai sub-ordinat dari laki-laki.

Selama pemahaman terhadap perempuan tidak memakai perspektif gender, maka selama itu pula perempuan tetap menjadi objek pelengkap penderita. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

dari: http://www.aidsindonesia.com/2012/12/odha-perempuan-yang-melahirkan-langsung.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun