Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyibak Kematian Terkait HIV/AIDS di Prov Lampung

9 Juli 2012   08:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:09 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Prov Lampung dikabarkan 22 dari 123 pengidap HIV/AIDS yang terdeteksi pada priode Januari – Juni 2012 meninggal dunia (22 Pasien HIV/AIDS Meninggal, Harian “Lampung Post”, 7/7-2012).

Berita itu tidak bermakna karena hanya menampilkan angka belaka. Kalau saja wartawan yang menulis berita itu membawa data tsb. ke realitas sosial, maka akan tergambar penyebaran HIV terkait dengan 22 Odha (Orang dengan HIV/AIDS) yang meninggal dunia itu.

Terkait dengan 22 Odha yang meninggal itu mereka terdeteksi pada rentang waktu Januari – Juni 2012. Mereka terdeteksi pada masa AIDS. Artinya, ketika mereka terdeteksi mengidap HIV/AIDS melalui tes HIV, kondisi infeksi HIV pada diri mereka sudah pada masa AIDS. Ini terjadi pada rentang waktu antara 5 – 15 tahun setelah tertular HIV.

Dalam berita tidak dijelaskan penyakit penyebab kematian 22 Odha tsb. Jika melihat rentang waktu kematian dengan terdeteksi HIV/AIDS ada kemungkinan mereka terdeteksi ketika berobat karena sudah ada penyakit yang disebut infeksi oportunistik, seperti ruam, sariawan, jamur di mulut, diare ata TBC.

Infeksi oportunistik itulah yang mematikan pada Odha karena sulit disembukan. Ini terjadi karena daya tahan tubuh atau imunitas mereka dalam menangkal infeksi penyakit lain sangat rendah. Kondisi ini terjadi karena penggandaan HIV di dalam darah terus terjadi yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh lemah.

Disebutkan oleh Heni Muharawati, Kepala Klinik Voluntary Counseling Test (VCT) Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), Bandar Lampung: "Paling banyak kasus kematian terjadi di bulan Mei."

Sayang, Heni tidak menjelaskan penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kematian pada 22 Odha tsb. Selain itu tidak ada pula penjelasan mengapa kematian banyak terjadi pada bulan Mei.

Penyebaran HIV/AIDS di Prov Lampung bisa dilihat dari jumlah kasus yang terdeteksi. Kalau pada priode Januari- Juni 2012 terdeteksi 123 kasus HIV/AIDS, maka pada priode Januari - Desember 2011 terdeteksi 196 kasus HIV/AIDS baru dengan 16 kematian yang didominasi oleh perempuan.

Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan status 16 perempuan yang meninggal terkait HIV/AIDS itu.

Disebutkan kasus HIV/AIDS tidak ada ditangani di klinik VCT RSUDAM, tapi juga di beberapa rumahsakit di kabupaten dan kota di Prov Lampung.

Yang menjadi persoalan besar adalah Pemprov Lampung tidak mempunyai program penanggulangan HIV/AIDS yang konkret. Kondisi inilah yang membuat penyebaran HIV/AIDS terus terjadi di wilayah Prov Lampung.

Salah satu mata rantai penyebar HIV/AIDS adalah laki-laki ‘hidung belang’ yang melacur tanpa kondom. Celakanya, tidak ada program pemakaian kondom pada laki-laki ‘hidung belang’ ketika melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).

Pemprov Lampung boleh-boleh saja berkelit: DiProv Lampung tidak ada lokalisasi pelacuran!

Pertanyaannya adalah: Apakah Pemprov Lampung bisa menjamin tidak ada praktek pelacuran di wilayah Prov Lampug?

Kalau jawabannya BISA, maka Pemprov Lampung tidak perlu menanggulangi penyebaran HIV/AIDS dengan faktor risiko hubungan seksual.

Tapi, kalau jawabannya TIDAK BISA, maka penyebaran HIV/AIDS dengan faktor risiko hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, akan menjadi bumerang karena insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi.

Maka, langkah konkret yang perlu dilakukan oleh Pemprov Lampung adalah program yang konkret yaitu intervensi terhadap perilaku laki-laki ‘hidung belang’ berupa keharusan memakai kondom jika melakukan hubungan seksual dengan PSK.

Tanpa ada intervensi, maka penyebaran HIV/AIDS terus terjadi yang kelak akan berujung pada ‘ledakan AIDS’. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun