Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

’Sunat’ (Bisa) Menyesatkan karena Dianggap sebagai ’Kondom Alam’

25 Juni 2012   17:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:32 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

* Papua memilih sunat daripada kondom

“Sirkumsisi atau sunat merupakan salah satu cara untuk mencegah meningkatnya angka HIV-AIDS.  Menurut Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Papua, dr. H. Suwardi Redjo, MPH, secara statistik telah membuktikan bahwa dengan melakukan sirkumsisi bisa menekan angka kejadian HIV-AIDS hingga 50 sampai 60 persen.” Ini lead di berita “Sirkumsisi Tekan Angka HIV-AIDS” (jpnn.com, 25 Juni 2012).

Sunat bukan mencegah penularan HIV, tapi menurunkan risiko yaitu 50–60 persen. Soalnya, sunat hanya ‘melindungi’ kepala penis sedangkan batang penis tetap menjadi bagian yang bisa menjadi pintu masuk HIV pada saat hubungan seksual jika tidak memakai kondom.

Sunat hanya menurunkan risiko, sedangkan kondom mencegah penularan HIV.Artinya, pada penis yang disunat luas bidang yang bisa menjadi pintu masuk HIV berkurang karena kepala penis tidak lagi rentan sebagai pintu masuk HIV. Sedangkan kondom melindungi penis mulai dari pangkal sampai kepala.

Yang menyesatkan adalah bisa saja laki-laki yang sudah disunat akan menganggap penisnya sudah memakai ‘kondom’. Ini akan meningkatkan risiko tertular HIV melalui hubungan seksual yang berisiko yaitu yang dilakukan di dalam atau di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK), dan waria.

Dengan kasus kumulatif HIV/AIDS pada Desember 2011 sebanyak 10.522 tentulah penyebaran HIV/AIDS di Papua akan menjadi ‘bom waktu’. Maka, diperlukan langkah-langkah yang konkret untuk menanggulangi penyebaran HIV. Celakanya, Perda AIDS Prov Papua dan perda-perda lain di tingkat kabupaten dan kota sama sekali tidak memberikan cara penanggulangan yang konkret.

Menurut dr Suwardi terbukti tejadi di beberapa negara di Benua Afrika. "Di negara-negara bagian Selatan Benua Afrika yang masyarakatnya sebagian besar tidak disunat atau disirkumsisi angka kejadian HIV-AIDSnya angat tinggi. Sedangkan negara-negara yang masyarakatnya disunat meskipun mereka non Muslim, angka kejadian HIV-AIDS-nya rendah."

Tapi, perlu diingat bahwa penelitian awal di Afrika terkait dengan sunat dilakukan tehadap mayat yang mati terkait dengan HIV/AIDS. Peneliti menemukan yang mati tanpa sunat lebih banyak daripada yang disunat.

Namun, ada pertanyaan yang tidak bisa terjawab karena mereka sudah mati, yaitu: Bagaimana perilaku seksual mereka ketika masih hidup?

Nah, jawaban pertanyaan tsb. akan membuka tabir mengapa yang mati lebih banyak yang tidak disunat.

Masih menurut dr Suwardi: "Segala cara tetap kita tempuh untuk mengurangi atau meredam laju perkembagan HIV-AIDS dan salah satu satunya  adalah dengan melakukan sirkumsisi."

Mengurangi atau meredam laju perkembangan HIV/AIDS adalah hal yang mustahil karena di masyarakat banyak yang sudah mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi. Mereka itulah yang menyebarkan HIV di masyarakat tanpa mereka sadari, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Maka, yang bisa dilakukan adalah menurnnkan insiden infeksi HIV baru.

Maka, pertanyaan untuk dr Suwardi adalah: Apa langkah atau cara konkret yang Anda lakukan di Papua untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru terutama pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK?

Dikabarkan: KPA Papua akan terus mendorong agar masyarakat di Papua bisa disirkumsisi dan hal itu sedang dipersiapkan. Wacana ini sudah lama berkembang di Papua. Yang disayangkan adalah Pemprov Papua, dalam hal ini KPA Prov Papua, lebih memilih sunat daripada kondom.

Ini merupakan langkah yang sia-sia karena program pemakaian kondom pada hubungan seksual dengan PSK pun belum berjalan. Celakanya, laki-laki Papua yang sudah disunat akan merasa dirinya sudah memakai ‘kondom alam’.

Kalau itu yang terjadi, maka ledakan AIDS di Papua akan menjadi kenyataan. Tinggal menunggu waktu saja. ***[Syaiful W. Harahap]***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun