“Seks bebas adalah budaya di kalangan remaja, karena itu budaya itulah yang harus diperangi. Pembagian kondom justru akan membuat budaya seks bebas itu semakin besar. Itu sama saja membolehkan seks bebas, asal pakai kondom.'' Ini pernyataan Adam, Koordinator aksi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Surabaya (HTI: Tak Ada Bukti Sahih Kondom Cegah HIV/AIDS, kompas.com, 26/5-2012)
‘Seks bebas’ adalah jargon moral yang tidak denotatif karena tidak jelas maksudnya. ‘Seks bebas’ merupakan terjemahan besar dari free sex. Laman free sex justru tidak ada dalam kamus-kamus Bahasa Inggris. ‘Seks bebas’ adalah eufemisme terkait dengan zina dan melacur. Dengan menyebut ‘seks bebas’, maka pelaku zina dan laki-laki ‘hidung belang’ pun bebas dari stigma masyarakat.
Kalau ‘seks bebas’ yang dimaksud Adam adalah zina atau melacur, maka itu bukan ‘budaya’ remaja, tapi merupakan kebiasaan buruk di sebagian laki-laki dewasa. Buktinya dapat dilihat pada kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga.
Kalau betul kondom mendorong ‘seks bebas’ di kalangan remaja, maka tentulah tidak ada remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Tapi, BKKBN justru mengumbar data (palsu) yang menyebutkan 2,3 juta remaja putri melakukan aborsi setiap tahun.
Maka, kalau remaja putra memakai kondom tentulah tidak ada aborsi karena remaja putri tidak mengalami KTD. Maka, pernyataan Adam itu tidak akurat.
Hal yang sama terjadi pula pada laki-laki dewasa. Kalau laki-laki dewasa yang berzina atau melacur memakai kondom tentulah tidak ada istri yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.
Disebutkan: dalam aksinya HTI mendesak pemerintah memberlakukan syariat Islam untuk mengatasi degradasi moral bangsa.
Terkait dengan HIV/AIDS di negara-negara yang menjadikan agama dan kitab suci sebagai UU tetap saja banyak kasus HIV/AIDS yang dilaporkan. Arab Saudi, misalnya, sudah melaporkan lebih dari 15.000 kasus AIDS.
Sedangkan Prov Aceh yang sudah menjalankan syariat Islam juga sudah melaporkan 110 kasus HIV/AIDS. ***[Syaiful W. Harahap]***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H