Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kerentanan Terhadap HIV/AIDS Bukan karena Usia

30 April 2012   00:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:57 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* DKK Solo, Jateng, menjadikan remaja sebagai ‘kambing hitam’ penyebaran HIV/AIDS

”Usia remaja dinilai sangat rentan dengan penyebaran virus HIV/AIDS.” Ini pernyataan di berita ”Remaja Risti HIV/AIDS, DKK Genjot Sosialisasi” (www.timlo.net, 21/4-2012).

Penilaian itu subjektif dan dilakukan oleh kalangan dewasa yang berkaca pada dirinya ketika remaja. Satu hal yang dilupakan adalah dari aspek epidemiologi kerentanan terkait dengan penularan dan penyebaran HIV/AIDS bukan karena usia, tapi karena perilaku seksual orang per orang.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, kondisi tsb. diperlukan sosialisasi yang diberikan pada remaja terkait bahaya penyebaran virus tersebut dinilai sangat penting.

Yang diperlukan remaja bukan bahaya penyebaran HIV, tapi cara-cara melindungi diri agar tidak tertular HIV.

Maka, patut dipertanyakan kepada DKK Solo: Apakah materi informasi tentang HIV/AIDS yang diberikan kepada remaja konkret?

Yang dikhawatirkan adalah materi HIV/AIDS yang diberikan kepada remaja hanya sebatas moral. Jangan lakukan ini, jangan lakukan itu karena dosa, dst. Artinya, informasi itu dibalut dengan moral sehingga yang ditangkap remaja hanya mitos (anggapan yang salah).

Hal lain yang luput dari perhatian adalah potensi besar penyebaran HIV/AIDS di masyarakat secara horizontal melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, justru ada pada laki-laki dewasa. Tapi, program Pemko Solo untuk memutus mata rantai penyebaran HIV dan mencegah insiden baru penularan HIV tidak ada.

Kasus HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga dan bayi membuktikan perilaku laki-laki dewasa, dalam hal ini suami, yang berisiko tertular HIV. Kondisinya kian pelik karena Pemko Solo juga tidak mempunyai program untuk mendeteksi HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga.

Masih menurut Siti Wahyuningsih: Saat ini, usia remaja termasuk dalam salah satu penyebab penyebaran HIV/AIDS dengan tingkat resiko tinggi (risti).

Pernyataan ini menyudutkan remaja karena fakta menunjukkan penyebaran HIV justru dilakukan oleh laki-laki dewasa.

“Kita beri pemahaman, bagaimana berperilaku seksual yang sehat. ....” Ini pernyataan Siti Wahyuningsih. Yang bisa mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah bukan sifat hubungan seksual (sehat), tapi kondisi saat hubungan sekual (tidak dilakukan dengan yang mengidap HIV dan laki-laki memakai kondom).

Dokter sekaligus pakar seksologi, Andri Putranto, menyatakan: ” .... pada usia remaja terjadi perubahan sosial-spiritual yang meliputi perubahan perilaku, serta perubahan fisik dan mental yang akan membawa yang akan mempengaruhi lingkungan sosial remaja yang bersangkutan.”

Jika perilaku yang dimaksudkan Andri adalah hubungan seksual, maka apakah kalangan dewasa tidak mempunyai perilaku yang sama? Apakah kalangan dewasa tidak ada yang melakukan hubungan seksual di luar nikah?

Peratura walikota tentang penanggulangan HIV/AIDS pun tidak bisa diandalkan karena tidak ada pasal yang konkret terkait dengan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Ktoa Solo (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/28/menyibak-peraturan-walikota-surakarta-tentang-penanggulangan-hiv-dan-aids/).

Lagi-lagi remaja dijadikan ’sasaran tembak’, sementara laki-laki dewasa terus mengumbar nafsu birahi dengan melakukan hubungan seksual yang berisiko tertular dan menularkan HIV. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun