Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kematian Terkait HIV/AIDS di Kab Bengkalis, Riau

19 Maret 2012   10:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:47 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Ancaman virus HIV dan AIDS di Kabupaten Bengkalis (Prov Riau-pen.) semakin nyata dan menakutkan. Sejuah ini sudah 16 warga yang tak tersematkan jiwanya. Waspada!” Ini lead berita16 Warga Bengkalis Tewas Akibat HIV/AIDS” di www.riauterkini.com (11/3-2012).

Pernyataan dalam lead berita itu memang fantastis dan sensasional. Kematian pada 16 warga itu bukan karena HIV dan AIDS, tapi karena penyakit-penyakit yang terkait dengan HIV/AIDS, seperti diare atau TBC. Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan tentang penyakit yang menyebabkan kematian 16 warga itu.

Dikabarkan di Kab Bengkalis sampai tahun 2011 kasus kumulatif HIV/AIDS mencapai 125 yang terdiri atas 100 HIV dan 25 AIDS dengan 16 kematian.

Terkait dengan kasus HIV/AIDS di Bengkalis, disebutkan Wakil Bupati Bengkalis, menghimbau masyarakat, khususnya di Kecamatan Mandau, sebagai salah satu daerah di Bengkalis yang penderitanya paling banyak, agar selalu waspada dan selalu hidup sehat.

Dalam berita disebutkan: ” .... terjangkit penyakit kelamin menular HIV/AIDS ....” Pernyataan ini tidak akurat karena infeksi HIV/AIDS tidak terjadi pada alat kelamin tapi pada darah.

Tidak disebutkan pula mengapa kasus HIV/AIDS terbanyak di Kec Mandau. Juga tidak ada penjelasan bagaimana kasus-kasus HIV/AIDS di Kec Mandau terdeteksi.

Yang perlu diperhatikan bukan hanya jumlah kasus yang terdeteksi, tapi juga jumlah kasus kematian. Soalnya, seorang Odha (Orang dengan HIV/AIDS) meninggal di masa AIDS karena infeksi oportunistik, seperti diare dan TBC. Artinya, Odha yang meninggal sudah tertular HIV antara 5 dan 15 tahun sebelum meninggal.

Pada rentang waktu sebelum masa AIDS atau sebelum meninggal banyak Odha yang tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV. Akibatnya, tanpa mereka sadari mereka sudah menularkan HIV kepada orang lain. Bagi yang beristri atau bersuami maka mereka menularkan HIV kepada istri atau suami. Ada juga yang menularkan ke pekerja seks komersial (PSK).

Jika ada di antara kasus HIV/AIDS itu PSK, maka jumlah penduduk Bengkalis yang berisiko tertular HIV akan besar. Kalau seorang PSK meladeni tiga laki-laki setiap malam, maka sebelum PSK itu meninggal sudah 3.600 – 10.800 laki-laki (1 PSK x 3 x 20 malam/bulan x 60 bulan/5 tahun atau x 180 bulan/15 tahun) yang bersiko tertular HIV.

Maka, kasus yang terdeteksi, 125, tidak menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat. Soalnya, epidemi HIV erat kaitannya denan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi (125) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul di atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi digambarkan sebagai bongkahan es di bawah permukaan laut (Lihat Gambar).

Wakil Bupati mengatakan berpesan agar masyarakat ’selalu waspada dan selalu hidup sehat’.

Pertanyaannya: Bagaimana cara melindungi diri agar tidak tertular HIV? Dalam berita tidak dijelaskan, tapi dalam Perda AIDS Prov Riau disebutkan yaitu dengan cara ’meningkatkan iman dan taqwa’ (Lihat:

Begitu pula dengan jargon ’hidup sehat’. Justru yang perilakunya berisiko, tertutama laki-laki, adalah orang yang selalu hidup sehat. Nah, hidup sehat seperti apa yang bisa mencegah agar tidak tertular HIV? Tentu saja tidak ada karena itu hanya jargon moral yang tidak ada kaitannya dengan HIV/AIDS.

Wakil Bupati juga mengatakan: "Dengan maraknya aksi pristitusi di Kabupaten Bengkalis, khususnya di Kecamatan Mandau diharapkan masyarakat dapat lebih mawas diri dan jangan terjebak. Pastikan selalu hidup sehat dan sayang kepada keluarga."

Yang menjadi persoalan bukan pelacuran atau prostitusi, tapi perilaku orang per orang, tertutama laki-laki. Bagi laki-laki ‘hidung belang’ yang tidak mau memakai kondom ketika sanggama dengan PSK akan berisiko tertular HIV.

Untuk membuktikan bahwa ada laki-laki lokal yang sanggama tanpa kondom dengan PSK dapat dilihat dari kasus HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga dan bayi.

Biar pun di wilayah Kab Bengkalis tidak ada pelacuran, laki-laki Bengkalis bisa saja ada yang melepas syahwat dengan PSK di daerah lain.

Yang tertular HIV di luar Bengkalis akan menjadi mata rantai penyebaran HIV di Bengkalis. Jika Pemkab Bengkalis tidak menanggulangi penyebaran HIV dengan cara-cara yang konkret, maka tinggal menunggu waktu saja untuk ‘panen AIDS’. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun