Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sinetron “CHSI” di “RCTI”: "Menghakimi’’ Perempuan yang Tertular Kanker Serviks dari Suami

16 Juli 2014   21:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:08 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bias gender yaitu perlakuan yang berbeda berdasarkan jenis kelamin sering merugikan perempuan. Kondisi inilah yang terjadi pada sinetron “Catatan Hati Seorang Istri” (CHSI) yang disiarkan stasiun televisi nasional “RCTI”.

Pada episode tanggal 15/7-2014 ada kisah tentang Hannah, diperankan oleh Dewi Sandra, salah satu pemeran dalam CHSI, yang menderita kanker serviks. Dikisahkan Hannah tidak bisa melayani suaminya dalam hubungan seksual dan kemungkinan besar juga akan mandul.

Intrik-intrik dalam rumah tangga dengan bumbu selingkuhan pun semakin menyudutkan Hannah karena dikait-kaitkan dengan kewajiban istri melayani suami. Hannah disebutkan sebagai perempuan yang tidak berguna karena tidak bisa melayani kebutuhan biologis suami.

Bahkan ada perempuan lain yang mengintimidasi Hannah dengan dalil-dalil moral dengan tujuan agar Hannah mengizinkan suaminya, Edy Bramantyo atau Bram diperankan oleh Ashraf Sinclair, untuk menikah lagi.

Episode ini benar-benar menyesatkan karena tidak ada penjelasan bahwa kanker serviks yang diidap Hannah ditularkan oleh suaminya. Sayang, saya tidak mengikuti sinetron itu hanya tertarik episode tsb. karena mendengar ada kanker serviks sehingga saya tidak mengetahui dengan pasti apakah Bram suami pertama Hannah.

Kalaupun Bram bukan suami pertama Hannah yang jelas kanker serviks yang diidap Hannah ditularkan oleh laki-laki melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah.

Celakanya, dalam sinetron itu sama sekali tidak ada penjelasan dan gambaran bahwa kanker serviks itu ditularkan oleh laki-laki ke Hannah sehingga dikesankan bahwa penyakit itu memang penyakit (bawaan) Hannah.

Kanker serviks dikenal juga sebagai kanker leher rahim. Kanker ini disebabkan oleh virus yang disebut human papilloma virus (HPV). Virus menular dari seorang yang mengidap HPV ke orang lain melalui hubungan seksual yang penis dan vagina bersentuhan langsung. Virus ini menular melalui transmisi melalui seks oral.

Di Indonesia setiap hari terdeteksi 40 perempuan yang tertular kanker serviks. Sedangkan kematian karena kanker serviks dilaporkan 20 perempuan per hari.

Celakanya, karena cara penularan yang selalu disembunyikan membuat banyak perempuan tidak menyadari dirinya berisiko tertular kanker serviks. Untuk mengetahui apakah seorang perempuan tertular kanker serviks bisa diketahui melalui pap smear (teknik medis untuk melakukan skrining terhadap perempuan untuk mengetahui apakah sudah tertular kanker serviks atau belum).

Jika sinetron tsb. bermuatan pendidikan, maka amat layak menjadi sumber ilmu pengetahuan, khususnya tentang kanker serviks. Sayang, kanker serviks dijadikan alat pembenaran untuk pemberian izin menikah lagi bagi seorang suami ketika istrinya mengidap kanker serviks yang justru kemungkinan besar ditularkan di suami.

Ada kesalahan fatal pada sinetron di Indonesia yaitu dikesankan bahwa sinetron agamis atau religius itu adalah sinetron dengan lambang-lambagan agama, dialog-dialog agamis, dan pelaksanaan ibadah yang ditonjolkan dengan cara-cara yang ekstrim.

Padahal, sinetron yang amagis atau religius bukan pada penampilan fisik dan dialog, tapi muatan sinetron tsb. yang bisa membawa penonton atau pemirsa untuk lebih kuat menjalankan agama yang dianutnya.

Pada film Death Wish 3 (1985), dibintangi oleh Charles Bronson, digambarkan betapa lambang-lambang agama tidak bermakna bagi perilaku yang memakainya. Alkisah, Paul Kersey, diperankan oleh Bronson, mencari pemerkosa dan pembunuh putrinya.

Ketika bertemu dengan salah seorang pelaku, Paul Kersey mengatakan: Apakah kau percaya Tuhan?

Tentu saja pelaku kejahatan itu mengatakan “ya” karena dia memakai lambang-lambang agama yang dianutnya.

Sebentar lagi Anda bertemu dengan Tuhan, pistol menyalak: Dorrrrrrr .....

Itu ‘kan bentuk kritik dan pendidikan bahwa menganut agama tidak harus memakai lambang-lambang agama yang dianut.

Dalam sinetron “CHSI” ada lagi pernyataan Hannah yang tidak etis yaitu mengatakan bahwa perempuan yang sering membawa nasi ke rumahnya adalah penggoda karena sudah membuka jilbabnya.

Pertanyaannya adalah: Apakah perempuan yang menggoda suami orang hanya perempuan yang tidak memakai jilbab?

Sinetron itu juga “dihiasi” dengan isak tangis dan air mata yang justru tidak membuat pemirsa menitikkan air mata (dari berbagai sumber). *** [Syaiful W. Harahapbaranews.co] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun