Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Setelah Ngeseks dengan PSK di Kalsel Kena GO dan Herpes, Ketakutan Pula Kena AIDS

21 November 2014   16:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:14 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14165364842081583069

Tanya Jawab AIDS No 2/November 2014

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****

Tanya:Saya pernah ngeseks tanpa memakai kondom dengan pekerja seks komersial (PSK) sekali saja. Seminggu kemudian saya kena kencing nanah/GO. Saya berobar ke dokter umum dan dokter spesialis penyakit kelamin biar sembuh. Lalu saya kena kayap/herpes zoster tidak lama, tidak sampai dua minggu sembuh. Kata dokter dua minggu sembuh. Selang beberapa ari saya tifus. Waktu tifus itu lidah putih bangat seperti bulu-bulu. (1) Apakah saya terkena HIV? Saya ngeseks pertama kali itu tanggal 15 Agustus 2014. Setelah 2 bulan 14 hari yaitu tanggal 27 Oktober 2014 saya tes HIV. Hasilnya nonreaktif. Tapi, saya masih ketakutan. Tanggal 6 November 2014 saya tes HIV lagi. Hasilnya juga nonreaktif. (2) Apakah hasil tes itu sudah benar? (3) Kapan waktu yang tepat untuk tes HIV? Dua tes itu di laboratorium swasta.

Via SMS (11/11-2014), dari Kota “B” di Kalimantan Selatan

Jawab:(1) Risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, al. terjadi jika laki-laki melakukan hubungan seksual dengan tidak memakai kondom dengan perempuan yang sering berganti-gani pasanan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung (PSK di lokasi atau lokalisasi pelacuran dan di jalanan) serta PSK tidak langsung (‘ayam kampus’, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, cewek pemijat plus-plus, ABG, anak sekolah, ibu-ibu, cewek panggilan, cewek gratifikasi seks, dll.).

Bertolak dari hal di atas, maka Anda berisiko tertular HIV kalau PSK yang melayani Anda ngeseks mengidap HIV/AIDS.

Memang, risiko tertular HIV melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan pengidapHIV/AIDS dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom adalah 1:100. Artinya, dalam 100 kali hubungan seksual ada 1 kali risiko penularan HIV. Persoalannya adalah tidak bisa diketahui pada hubungan seksual keberapa terjadi penularan HIV. Bisa saja pada hubungan seksual yang pertama, kedua, ketujun, kelima puluh, kedelapan puluh, dst. Artinya, setiap hubungan seksual pada kondisi di atas ada riko tertular HIV.

Tidak aga gejala HIV/AIDS yang khas pada pengidap HIV/AIDS sebelum masa AIDS (secara statistik setelah tertular HIV antara 5-15 tahun).

Anda tertular GO setelah ngeseks dengan PSK tsb. Nah, jika PSK itu juga mengidap HIV/AIDS maka bisa saja terjadi juga penularan HIV karena penularan GO dan HIV melalui hubungan seksual persis sama.

(2) dan (3) Dua tes HIV yang Anda jalani tidak memenuhi syarat jika reagent tes HIV yang dipakai adalah ELISA. Karena reagent ini mendeteksi antibody HIV bukan virus HIV. Antibody HIV baru bisa terdeteksi ELISA jika HIV sudah ada di dalam tubuh lebih dari 3 bulan.

Tidak jelas apakah laboratorium swasta tempat Anda tes HIV menjalankan standar prosedur operasi tes HIV yang baku yaitu hasil tes pertama dikonfirmasi dengan tes lain. Misalnya, tes pertama dengan ELISA, maka darah yang sama dites lagi dengan Wester blot. Bisa juga melakukan langkah yang dianjurkan WHO (Badan Kesehatan Sedua PBB) yaitu hasil pertama dengan ELISA dikonfirmasi dengan tes ELISA tiga kali tapi dengan reagent dan teknik yang berbeda.

Yang perlu diingat adalah hasil tes nonraktif atau negatif bukan vaksin sehingga Anda tetap bisa tertular HIV jika melakukan hal yang sama.

Sebaiknya Anda konsulasi dengan konselor atau ke Klinik VCT di rumah sakit umum atau puskesmas di tampat Anda. Saya sudah mengirimkan nama dan nomor ponsel konselor di kota Anda. Semoga bisa membantu. *** [Syaiful W. HarahapAIDS Watch Indonesia] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun