Dua hal di atas, sudah bisa nilai kualitas orang-orang LIPI, yang kita harapkan dapat memajukan Indonesia, mungkin lebih baik berharap pada rumput yang bergoyang.
Kenapa Survey-Survey Politik Cuma Sekedar Sampah Informasi yang tak layak jadi rujukan?
Ada kesalahan sampling yang dilakukan oleh para pengambil sample. Sebagian besar sampling dilakukan pada hari kerja dengan mendatangi rumah-rumah warga. Yang akan ditemui tentu orang-orang yang tidak bekerja atau bekerjanya di rumah, seperti ibu-ibu, orang tua (hampir lanjut usia), yang mereka ini labil politik atau merupakan pendukung partai-partai lama atau penokohan lama, seperti Golkar, Gerindra, PDIP dan PPP, . Sehingga di survey yang dilakukan oleh LIPI partai-partai ini mendapat suara yang cukup lumayan.
Hal inilah yang terjadi di Jawa Barat, para pendukung PKS kebanyakan orang-orang muda angkatan kerja, mereka tidak tersurvey. padahal angakatan kerja saat ini sudah hampir 60% dari jumlah penduduk.
Sampling merupakan kunci dari kualitas survey, sedang yang turun ke lapangan banyak yang tidak memahami sampling (dengan statistikanya, hanya sedikit orang yang paham statistika, mungkin Anda juga tidak paham). Akibatnya hasil real count KPU dibandingkan survey menjelang pemilihan, jauh panggang dari api, perbedaanya melebihi ambang eror-nya
Dan begitu pulalah nasib dari Survey LIPI yang tidak akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Oh mungkin ada pejabat LIPI yang dapat proyek... ya apa mau dikata, kalau uang sudah bicara....
Coba LIPI bikin publikasi ilmiah cara mengatasi macet di ibukota dengan murah meriah? Ini akan lebih bermanfaat bagi kami kaum alit.. kalau nggak sanggup, undang saya, saya tahu caranya...
Yogyakarta, 20 Juli 2018 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H