Mohon tunggu...
Salman
Salman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Negara Indonesia yang baik hati

Presiden Golput Indonesia, pendudukan Indonesia yang terus menjaga kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengkritisi Survey LIPI

20 Juli 2018   20:42 Diperbarui: 20 Juli 2018   20:59 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kejengahan saya dengan konten-konten media pemberitaan baik online terlebih lagi online, dengan narasinya yang terpusat pada kepentingan elit dan melupakan para alit, semakin mencapai puncaknya ketika LIPI ikut-ikutan melakukan survey tentang Pileg dan Pilpres 2019...

Mau ngapain sih LIPI ini? Mau cari panggung? Mau jualan jasa konsultan politik?

Menyedihkan, sumbangsih buat bangsa minim, malah ikut2an pada kegiatan yang tidak bermafaat bagi kaum alit...

Apa manfaat hasil survey politik yang dilakukan oleh LIPI   pada tanggal 26 April 2018 hingga 9 Mei 2018, di seluruh provinsi di Indonesia dengan melibatkan 2100 orang responden.?

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa saya berlatar ilmu statistika, tulisan ini akan mengungkapkan bahwa survey politik di Indonesia selain quick count tidak lebih dari bernilai dari sebuah  gossip murahan para artis karbitan minim prestasi.

Saya kutip dari trito.id ( https://tirto.id/survei-lipi-sebut-hanya-ada-enam-partai-lolos-ke-parlemen-cPs1)

"Untuk Pemilu 2019 yang akan datang hasil survei kita menunjukkan bahwa hanya 6 parpol yang mencapai [Parliamentary Threshold] atau di atas 4 persen," kata peneliti senior P2P LIPI, Syamsudin Haris di Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (19/7/2018).

Enam partai tersebut antara lain, PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, PPP, dan Partai Demokrat. Sementara partai yang berpotensi tidak lolos ke parlemen antara lain PKS, Perindo, PAN, Nasdem, Hanura, PBB, Partai Garuda, PSI, dan Partai Berkarya"

Sampah informasi inilah yang dihasilkan LIPI dengan mengeluarkan uang ratusan juta.  Terlihat di sini LIPI ini dipenuhi oleh orang-orang yang naif.

Fakta pertama saja, NasDem dan PAN merupakan partai yang calonnya di Pilkada kemarin terbanyak yang memenangi pemilihan.

Fakta Kedua, partai-partai belum jualan (kampanye) kok dibilang sudah keok ( tidak mencapai threshold parliament)

Dua hal di atas, sudah bisa nilai kualitas orang-orang LIPI, yang kita harapkan dapat memajukan Indonesia, mungkin lebih baik berharap pada rumput yang bergoyang.

Kenapa Survey-Survey Politik Cuma Sekedar Sampah Informasi yang tak layak jadi rujukan?

Ada kesalahan sampling yang dilakukan oleh para pengambil sample. Sebagian besar sampling dilakukan pada hari kerja dengan mendatangi rumah-rumah warga. Yang akan ditemui tentu orang-orang yang tidak bekerja atau bekerjanya di rumah, seperti ibu-ibu, orang tua (hampir lanjut usia), yang mereka ini labil politik atau merupakan pendukung partai-partai lama atau penokohan lama, seperti Golkar, Gerindra, PDIP dan PPP, . Sehingga di survey yang dilakukan oleh LIPI partai-partai ini mendapat suara yang cukup lumayan.

Hal inilah yang terjadi di Jawa Barat, para pendukung PKS kebanyakan orang-orang muda angkatan kerja, mereka tidak tersurvey. padahal angakatan kerja saat ini sudah hampir 60% dari jumlah penduduk.

Sampling merupakan kunci dari kualitas survey, sedang yang turun ke lapangan banyak yang tidak memahami sampling (dengan statistikanya, hanya sedikit orang yang paham statistika, mungkin Anda juga tidak paham). Akibatnya hasil real count KPU dibandingkan survey menjelang pemilihan, jauh panggang dari api, perbedaanya melebihi ambang eror-nya

Dan begitu pulalah nasib dari Survey LIPI yang tidak akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Oh mungkin ada pejabat LIPI yang dapat proyek... ya apa mau dikata, kalau uang sudah bicara....

Coba LIPI bikin publikasi ilmiah cara mengatasi macet di ibukota dengan murah meriah? Ini akan lebih bermanfaat bagi kami kaum alit.. kalau nggak sanggup, undang saya, saya tahu caranya...

Yogyakarta, 20 Juli 2018  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun