Sebagai bagian dari penghuni kompasiana saya ikut berbangga, kompasiana bukan hanya tempat berkumpulnya para penulis tapi juga para politisi, pejabat, kritikus dan orang-orang penting seperti saya (bagian ini nggak usah dipermasalahin ya!). Sebagai media sosial tempat berinteraksi, kompasiana cukup ekslusif, kompasiana tidak bisa dimasuki oleh orang-orang yang masih berkualitas alay seperti media sosial atau pun forum lainnya, sebut sajalah Facebook, Twitter atau Kaskus. Ini yang saya suka dengan kompasiana sehingga faceboook dan twitter saya tinggal.
Sebagai media warga, kompasiana kerap digunakan untuk mengkritisi keadaan kekinian dari berbagai sudut pandang. Saya adalah salah seorang yang menulis dengan tujuan mengkritisi. Saya mengkritisi semuanya bahkan saya sendiri saya kritisi kok sekarang belum bisa berbuat banyak untuk negeri ini. Sebagian besar sih saya mengkritisi isu-isu polhukam.
Sebagai media intelektual, kompasiana sering menjadi leading opinion. Tapi tidak begitu banyak kompasianer-kompasianer yang menjadi leading opinion di kompasiana. Karakter leading opinion di kompasiana biasanya seorang kompasianer yang kerap membuat tulisan-tulisan kritis dan biasanya berbau politik. Jika kompasianer yang menjadi leading opinion ini menulis, tulisannya akan ramai dikunjungi dan para pembaca biasanya akan hanyut terbawa pada sudut pandang penulis sehingga seolah-olah tulisan itu benar semuanya.
[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="sumber : http://peristiwa.kompasiana.com/metro/2015/05/20/presiden-jokowi-bersedia-hadir-di-kompasianival-2015-mendatang-725410.html"][/caption]
Hal inilah mungkin yang dilihat Jokowi pada sosok kompasianer seperti Niken Satyawati, Axtea 99, Mas Wahyu, Gunawan, Gatot Swandito, Alan Budiman, Yodha Haryadi, Nino Histiraludin, Setyo Hardi, Thomson Cyrus, Erri Subakti, atau Ninoy E. Karundeng. Banyak tulisan mereka memberikan sentimen/citra positif terhadap Jokowi dan sebaliknya sukses membuat sentimen/citra negatif bagi lawan politik Jokowi. Sehingga mereka dikabarkan secara khusus diundang ke istana untuk mendapatkan jamuan khusus dari sang presiden. Jamuan ini tentu sebagai ungkapan terimakasih Jokowi kepada kompasianer2 yang telah dengan suka rela membangun citra positif pada Jokowi, khususnya di masa pemilu.
Peran kompasianer/blogger yang diundang secara khusus oleh Jokowi ini tidak bisa dianggap kecil, setidaknya kompasiana menjadi peredam dari liarnya serangan orang-orang/kader PKS terhadap Jokowi di media sosial, menjadi peredam fitnah-fitnah terhadap Jokowi saat pemilu beberapa waktu lalu, yang terbaru menjadi peredam isu iluminiati di kafe putranya Jokowi. Sangat pantas jika Jokowi mengundang para kompasianer ini untuk mendapatkan jamuan istana.
Namun diakhir tulisan ini saya berpikir ulang apakah benar kompasianer yang diundang ke istana adalah kompasianer yang kritisi ataukah kompasianer pemuja Jokowi? Karena sudah sifat manusia untuk mencari orang-orang yang membuatnya nyaman. Tapi kayaknya pikiran saya ini keliru, wong mahasiswa yang mau demo nuruni presiden aja diundang makan oleh Jokowi. Atau jangan2 mereka diundang supaya nggak ikutan di demo 20 mei yang akan diadakan hari ini... alah saya makin ngaco, yaudah itu aja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H