Mohon tunggu...
Didy
Didy Mohon Tunggu... Compliance -

Pelaku/Praktisi Pasar Modal Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Belajar Tentang Uang

14 Desember 2015   16:05 Diperbarui: 14 Desember 2015   17:24 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika uang begitu menyusahkan, Lalu Apa Kita Harus Lakukan? Menghindari Uang?

Menurut Pemilik Modal Berpandangan Bahwa “Menghindari uang sama gilanya seperti mereka yang terikat pada uang. Sungguh aneh dan membingungkan memang. Lalu apa yang harus kita lakukan?

Yang menyusahkan kehidupan mereka bukanlah uang, tetapi emosi didalam jiwa merekalah terhadap uang yang menyusahkan diri mereka sendiri, uang hanyalah sebuah benda/alat tukar yang mempunyai nilai. Jika mereka bisa menempatkan uang pada posisi yang seharusnya makamereka bisa menempatkan keseimbangan dalam kehidupan mereka.

Emosi adalah hal yang membuat kita manusiawi, membuat kita menjadi nyata. Kata emosi berarti energi dalam mosi atau gerakan. Bersikaplah jujur tentang emosimu. Dan gunakan emosi dan pikiranmu untuk kepentinganmu bukan untuk melawan dirimu. Kebanyakan orang tidak mengetahui/menyadari bahwa emosi merekalah yang berfikir. Emosimu adalah emosimu, tetapi dirimu harus mampu belajar menjalankan fikiranmu sendiri.

Yang mengintensifkan ketakutan dan keinginan adalah kebodohan. Itu sebabnya orang kaya dengan banyak uang sering mempunyai ketakutan lebih besar jika mereka bertambah kaya. Uangadalah wortel/ilusi, jika si keledai dapat melihat seluruh gambaran itu, ia mungkin memikirkan kembali pilihannya untuk mengejar wortel tersebut.

Kita semua pada dasarnya adalah karyawan hanya saja kita bekerja pada tingkatan yang berbeda. Sebab utama kemiskinan atau masalah financial adalah ketakutan dan kebodohan atau ketidaktahuan, bukan soal ekonomi, pemerintah atau orang kaya. Ketakutan dan ketidaktahuan yang dibebankan pada diri sendiri itulah yang membuat mereka terus terjebak. Dengan tidak menyerah pada emosi, mereka akan mampu menunda reaksi dan bisa berfikir lebih jernih lagi. Itu yang paling penting.

Kehidupan manusia adalah sebuah perjuangan antara kebodohan dan ketakutan. Setelah seseorang berhenti mencari informasi dan pengetahuan tentang dirinya, kebodohan pun mulai terjadi. Perjuangan itu adalah keputusan dari waktu ke waktu untuk belajar membuka atau menutup pikiran. Sekolah adalah sangat-sangat penting untuk mereka dapat belajar sesuatu ketrampilan atau profesi yang bisa menyumbangkan sesuatu untuk masyarakat luas. Sekolah akan melatih mereka untuk membangun kebudayaan yang lebih baik sehingga kebudayaan bisa maju danberkembang.

Setiap kebudayaan membutuhkan guru, dokter, perawat, mekanik, artis, juru masak, usahawan, polisi, hakim, jaksa, tentara, pemadam kebakaran, pengacara, broker dsb.

Harga-harga yang terus naik karena ketamakan dan ketakutan yang disebabkan oleh kebodohan, misalkan seorang Dokter, Pengacara, Pendidik, Konsultan menaikan tarif akibat dari naiknyakebutuhan hidup mereka yang diakibatkan oleh inflasi. Lalu semua sector industry menaikkan tariff, tetapi pendapatan sebagian besar masyarakat tidak bertambah, hal ini akan menimbulkan dampak social yang besar di masyarakat. Lihatlah tingginya angka kriminalitas, tingginya angka perceraian, tingginya angka kecelakaan bahkan tingginya angka kematian akibat bunuh diridsb. hampir sebagian besar kerusakan tata kehidupan dimasyarakat disebabkan oleh pengaruh benda yang bernama uang.

Jika sekolah mampu mengajar orang tentang uang. Maka akan tercipta uang lebih banyak danharga-harga yang lebih rendah, tetapi sayangnya sekolah hanya berfokus pada mengajar oranguntuk bekerja demi uang, bukan bagaimana memanfaatkan kekuatan uang.

Sepertinya sejarah akan terus terulang kembali entah sampai kapan siklus ini akan berhenti, karena disekolah kita tidak pernah diajarkan untuk belajar dari sejarah. Kita hanya diajarkan untuk mengingat waktu, tempat dan nama sejarahnya, tapi bukan pelajarannya.

Tulisan ini terinspirasi dari buku Robert Kiyosaki Yang Berjudul Reach Dad Poor Dad.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun