"Kami juga ada program pengantaran obat jika ada anggota yang tidak mampu datang ke apotek mengambi obat, atau kunjungan dokter ke rumah, out bond gathering setiap akhir tahun serta memberikan reward kepada anggota yang prestasi kesehatannya bagus selama tiga bulan," tutur Wikan.
Keberhasilan Prolanis Padimas bisa dilihat dari jumlah anggota yang terus meningkat. Ketika berdiri pada Oktober 2011, Padimas hanya memiliki sekitar 80 orang anggota. Namun berdasarkan data Agustus 2014, jumlah anggota paguyuban ini mencapai 238 orang.
"Ini mengindikasikan kesadaran penyandang DM untuk mengelola dan mengendalikan penyakitnya semakin baik serta daya tarik paguyuban memberikan semangat baru bagi para penyandang untuk selalu bersama-sama menghadapai penyakitnya," tandas Wikan.
Inovasi dan keberhasilan Prolanis Padimas juga mendapat pengakuan dewan juri pada ajang National Primary Care Award, sehingga Wikan mendapat "Penghargaan Khusus" sebagai faskes primer yang sukses menjalankan prolanis untuk penyandang DM dan hipertensi.
Sementara itu, dr. Jijin B. Irodati, Juara I Kategori Dokter Praktik Perorangan, mengatakan bahwa kesadaran masyarakat penyandan hipertensi dan DM untuk hidup sehat semakin meningkat setiap tahunnya. Pada 2011, tercatat ada 68 orang yang menjadi peserta Prolanis di Peguyuban Prolanis DM dan Hipertensi binaannya. Per Agustus 2014, jumlahnya meningkat menjadi 204 peserta.
"Kegiatan yang dilakukan secara rutin mengacu pada penatalaksanaan dan pengelolaan DM yang terdiri dari beberapa pilar, seperti perencanaan makan, olahraga, minum obat teratur, edukasi dan penyuluhan. Kita buat kegiatannya menyenangkan, seperti demo masak menu hidangan bagi penderita DM, sehingga peserta juga bisa enjoy," jelas Jijin.
Tak hanya itu, Jijin juga membentuk kelompok-kelompok kecil di setiap kegiatan yang diikuti peserta. Menurutnya, pengelompokan peserta tersebut dapat membuat kegiatan yang dilakukan menjadi lebih efektif, komunikasi dengan peserta bisa lebih intens, serta menciptakan kedekatan sehingga dapat lebih mudah memantau kondisi yang dialami peserta.
"Setiap kelompok terdiri dari 10 orang. Semuanya kembali lagi ke niat untuk membantu sesama dengan sepenuh hati. Sebisa mungkin kita usahakan memangkas jarak antara dokter dan pasien, agar pasien bisa lebih nyaman berkonsultasi dengan kita," kata Jijin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H