Kata-kata ibu Sloane ini bisa diartikan bahwa seorang perempuan lebih baik memiliki pasangan atau bahkan tidak capable atau tidak akan bahagia untuk hidup sendiri ketika menjalani hari tua, sedangkan jarang sekali kita lihat perilaku ini terjadi pada kaum laki-laki karena dianggap oleh masyarakat bahwa mereka lebih mampu untuk bertahan hidup dibandingkan seorang perempuan. Ibu Sloane bahkan rela untuk menjodohkan anaknya dengan tetangga barunya demi Sloane memiliki pasangan, meskipun ia telah menolaknya berkali-kali.
Kekuatan atau kuasa dari seorang laki-laki pun juga ditunjukan di dalam film Kapan Kawin? dalam scene ketika orang tua Dinda kerap kali memuji-muji Jerry yang sukses dan dianggap sebagai kepala keluarga yang baik karena memiliki karir yang jelas, meskipun kedua orang tua Dinda tidak pernah melihat apa yang terjadi di belakang pintu yang tertutup bahwa Jerry telah melakukan kekerasan pada Nadya.Â
Apakah sebuah pernikahan dapat dianggap harmonis dan baik-baik saja hanya dikarenakan pasangan laki-laki, yang dianggap sebagai seorang kepala keluarga ini memiliki karir dan latar belakang yang jelas? Jelas tidak. Inilah yang dimaksud dari pandangan struktur patriarkis dalam scene ini.
Struktur patriarkis ini yang akhirnya mendarah daging di dalam masyarakat dan memandang bahwa wanita memang sudah seharusnya hidup berdampingan atau berpasangan untuk mencapai sesuatu yang dianggap sebagai sebuah ‘kebahagiaan’, apalagi jika mereka telah mencapai suatu umur atau momen tertentu.
Struktur inilah yang akhirnya disebarkan oleh kedua film ini dan menjadikan para pemain film ini dan bahkan film-film ini secara keseluruhan bisa dihitung sebagai agen komunikasi atas pesan yang dimiliki film ini.
Meskipun kedua akhir dari film ini bisa dianggap memiliki happy ending, tapi nilai dimana seorang perempuan dapat berdiri sendiri tidak diperlihatkan melainkan akhirnya sang pemeran perempuan jatuh hati pada manipulasi akan kebahagiaan bagi pribadi mereka masing-masing.
Film-film ini pun akhirnya membantu melanggengkan struktur patriarkis di dalam masyarakat dan juga pandangan sistem ini terhadap kaum perempuan yang memiliki ‘saat matang’ dan diharuskan untuk masuk ke dalam sebuah hubungan serius. Nilai ini akhirnya juga akan direproduksi baik dari mulut ke mulut saja atau bahkan akan dijadikan referensi dari karya-karya lainnya dengan maksud yang sama.Â