Mohon tunggu...
Inezia Sukonco
Inezia Sukonco Mohon Tunggu... Lainnya - Blog

Mahasiswa Komunikasi Universitas Atma Jaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Cinta dan Janji pada Tuhan dalam "Ave Maryam" (2018)

19 Oktober 2020   18:26 Diperbarui: 19 Oktober 2020   18:34 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film yang meraih banyak sorotan dikarenakan temanya yang sensitif di kalangan masyarakat Indonesia inilah yang akhirnya membuat masyarakat semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya dibahas di dalamya. Bagaimana seorang Maryam, yang merupakan seorang bairawati, jatuh hati pada seorang pastur bernama Yosef.

Sumber: tirto.id
Sumber: tirto.id

Kali ini kita akan membahas bagaimana seluk beluk film Ave Maryam (2018) mulai dari implikasi sosial, genre, paradigma yang digunakan, proses distribusinya yang lumayan rumit, dan bagaimana film ini jika dianalisis dengan menggunakan teori strukturalisme.

Banyak reaksi yang dikeluarkan oleh masyarakat terutama mengenai tema dan jalan cerita dari film ini. Salah satunya dengan pandangan atas tema dari film ini yang dianggap sebagai sensitif untuk diangkat ke layar lebar, sehingga cerita latar belakang Maryam, yang berasal dari keluarga muslim, disensor oleh Lembaga Sensor Film.

Sumber: kurio.id
Sumber: kurio.id
Penyensoran film ini yang totalnya hingga mencapai 12 menit ini juga mengecewakan penonton dikarenakan banyak cerita yang menggantung dikarenakan pemotongan scene-scene dalam film ini. Meskipun begitu, seperti yang dilansir dari detikhot, penonton juga tetap mengapresiasi film ini. Contohnya seperti, 

"Ide ceritanya top aktingnya @mpokmod juga cetarr visual dan music juga keren. sayang, merasakan banyak janggal karena sensor #AveMaryam," kata akun @bilb**oya

atau

 "Baru nonton Ave Maryam, indah bgt ya. Seseneng ini ada film kyk gini di indonesia. Walaupuj di sensor 12 menit. Ya maklum negara +62. The story is very touching, the cinematography is very beautiful. Bener2 berkualitas bgt. #AveMaryam," sebut @_**rimutiara.

Berdasarkan Stam (2000), dalam bukunya yang berjudul Film Theory: An Introduction, genre memiliki fungsi sebagai bentuk dari negosiasi atas pertemuan sang pembuat film dan audiens. Negosiasi ini berbentuk seperti apa yang akan diterima oleh audiens dalam film, dikarenakan tiap genre memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Film Ave Maryam ini memiliki genre drama. Genre ini memiliki hubungan dengan kehidupan nyata, dimulai dari karakter, hingga setting tempat dari filmnya. Film yang masuk dalam kategori film ini biasanya memiliki kisah yang dramatik, yang bisa membangkitkan emosi dari audiens. Konflik dalam cerita film ini bisa muncul dari lingkungan sekitar, diri sendiri, ataupun alam (Oktavianus, 2015).

Genre ini cocok dengan film Ave Maryam yang konfliknya berasal dari lingkungan sekitar Maryam, yaitu Romo Yosef, dan juga diri Maryam. Ave Maryam ini juga berhubungan dengan kehidupan nyata dikarenakan film ini dibentuk berdasarkan kisah nyata seseorang. Emosi dari penonton juga berhasil dibangkitkan dengan adanya plot twist dimana Maryam akhirnya meminta pengampunan Tuhan dengan melakukan adanya pengakuan dosa yang ternyata diwakilkan oleh Romo Yosef.

Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri

Paradigma dalam Ave Maryam

Menurut Harmon dalam Muslim (2018), paradigma diartikan sebagai sebuah cara dasar untuk melakukan adanya persepsi, berpikir, dan menilai sesuatu yang berhubungan dengan realitas.

Dalam film Ave Maryam ini, penggunaan paradigma fenomenologi sangat ditekankan dalam film. Paradigma ini memandang manusia sebagai sebuah fenomena. Paradigma ini memiliki objek spesifik yaitu pengalaman dari seseorang. Dalam kasus kita, pengalaman Maryam lah yang menjadi objek pembahasan.

Menurut Smith dalam Hajaroh (2010), ada 2 maksud dari pengalaman yang disebutkan di atas, yaitu

  • Setiap pengalaman merupakan sebuah ekspresi dari kesadaran individu itu sendiri. Ia memahami secara sadar akan sesuatu. Contohnya seperti Maryam meninggalkan biara pada malam hari untuk pergi bersama dengan Pastur Yosef.

Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri
  • Setiap kesadaran juga selalu merupakan sebuah kesadaran atas sesuatu yang lain. Contohnya seperti Maryam yang menyadari bahwa dari setiap pengalaman dirinya dengan Pastur Yosef, ia juga menyadari bahwa ia melakukan itu dikarenakan ia juga jatuh hati dengan Pastur Yosef.

Sumber: Tangkapan layar sendiri.
Sumber: Tangkapan layar sendiri.

Distribusi film yang rumit

Dari 3 proses yang terjadi, yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi, sebuah film, untuk film Ave Maryam ini, kita akan membahas lebih spesifik pada proses dari distribusi film ini ke dalam masyarakat.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, film ini memiliki tema yang bisa dibilang sensitif untuk masyarakat Indonesia. Hal ini menjadi salah satu penyebab rumitnya proses distribusi film ini ke dalam masyarakat.

Salah satu tugas seorang distributor film adalah untuk mengatur dan membayarkan sertifikasi untuk film itu sesuai dengan persyaratan yang telah dikeluarkan oleh Lembaga Sensor Film, sebelum dirilis ke dalam masyarakat.

Film ini melakukan proses pemotongan film sebelum dirilis ke dalam masyarakat sebanyak 12 menit yang mempengaruhi perubahan rating umur untuk film ini, dari yang awalnya 21+, kemudian menjadi 17+. Pemotongan film terjadi pada scene dewasa antara Maryam dan Yosef dan juga pada scene yang memperlihatkan latar belakang Maryam, yang berasal dari sebuah keluarga Muslim. Pemotongan ini yang akhirnya mempengaruhi feedback masyarakat setelah menonton film Ave Maryam ini.

Versi utuh dari Ave Maryam hanya dapat ditayangkan di Festival Film Plaza Indonesia pada tahun 2019 dan juga festival-festival film lainnya. Akan tetapi, Ave Maryam yang telah lulus sensor, sekarang bisa kita nikmati di Netflix, setelah rilis pada 3 September 2020 lalu.

Ave Maryam dalam kacamata strukturalisme

Strukturalisme merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Levi Strauss. Teori ini berfokus pada perubahan struktur dari suatu benda atau aktivitas seseorang. Perubahan ini dilihat dari bentuk bahasa yang digunakan di dalam sebuah budaya tertentu.

Judul Ave Maryam ini merupakan perpaduan dari doa Ave Maria (Salam Maria), yang merupakan doa yang dipanjatkan oleh umat Katolik kepada Bunda Perawan Maria, dengan nama Maryam, yang merupakan tokoh utama dari film ini. Untuk menjadi seorang biarawati, mereka harus menjalani 3 kaul atau janji yang telah dibentuk pada Tuhan Allah, yaitu kaul kemurnian, ketaatan dan kemiskinan.

Yang menjadi sorotan dalam film ini adalah bagaimana Maryam telah mengikuti keinginan duniawinya dan secara sadar setiap malam ia ikut pergi dengan Yosef, hingga pada suatu hari ia pergi dengan Yosef ke sebuah pantai dan mereka berciuman di pantai itu. Setiap kesalahan yang melawan akan keutamaan kemurnian merupakan sebuah pelanggaran atas kaul kemurnian (paroki-sragen.or.id).

Pentingnya kaul dalam kehidupan, secara spesifik, milik biarawati, ditunjukkan dalam scene dimana Suster Moniq, suster senior yang menjadi tanggung jawab untuk Maryam urus, memberikan Maryam sebuah saran mengenai pergulatan Maryam dalam mempertahankan janjinya pada Tuhan.

Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri

Pergulatan ini akhirnya selesai ketika Maryam akhirnya memutuskan untuk memohon pengampunan dari Tuhan melalui pengakuan dosa yang dipimpin oleh Romo Yosef.

Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri

Budaya lain, selain budaya hidup untuk mempertahankan kaul, yang ditunjukan di dalam film ini adalah adanya budaya dimana suster muda atau yang masih junior mengurus suster-suster yang sudah tua atau sepuh.

Hal ini dapat dilihat dari scene Maryam memandikan Suster Moniq pada awal film dimulai, 

Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri
scene dimana Suster Mila menanyakan keberadaan Suster Moniq pada Maryam, 
Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri

scene dimana Maryam bangun dari tidurnya dengan tergesa dikarenakan obat Suster Moniq jatuh ke bawah ranjang miliknya, 

Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri

atau pada saat Suster Moniq jatuh pingsan dan Suster Mila akhirnya menegur Maryam yang baru saja pulang dari tempat yang telah dijanjikan oleh Yosef.

Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri

Daftar Pustaka

Hajaroh, M. (2010). Paradigma, pendekatan dan metode penelitian fenomenologi. Jurnal Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 1-21.

Muslim, M. (2018). VARIAN-VARIAN PARADIGMA, PENDEKATAN, METODE, DAN JENIS PENELITIAN DALAM ILMU KOMUNIKASI. Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana, 1(10).

Oktavianus, H. (2015). Penerimaan Penonton Terhadap Praktek Eksorsis di dalam Film Conjuring. Jurnal e-Komunikasi, 3(2).

Stam, Robert. (2000). Film Theory: An Introduction. Australia: Blackwell.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun