Film ini melakukan proses pemotongan film sebelum dirilis ke dalam masyarakat sebanyak 12 menit yang mempengaruhi perubahan rating umur untuk film ini, dari yang awalnya 21+, kemudian menjadi 17+. Pemotongan film terjadi pada scene dewasa antara Maryam dan Yosef dan juga pada scene yang memperlihatkan latar belakang Maryam, yang berasal dari sebuah keluarga Muslim. Pemotongan ini yang akhirnya mempengaruhi feedback masyarakat setelah menonton film Ave Maryam ini.
Versi utuh dari Ave Maryam hanya dapat ditayangkan di Festival Film Plaza Indonesia pada tahun 2019 dan juga festival-festival film lainnya. Akan tetapi, Ave Maryam yang telah lulus sensor, sekarang bisa kita nikmati di Netflix, setelah rilis pada 3 September 2020 lalu.
Ave Maryam dalam kacamata strukturalisme
Strukturalisme merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Levi Strauss. Teori ini berfokus pada perubahan struktur dari suatu benda atau aktivitas seseorang. Perubahan ini dilihat dari bentuk bahasa yang digunakan di dalam sebuah budaya tertentu.
Judul Ave Maryam ini merupakan perpaduan dari doa Ave Maria (Salam Maria), yang merupakan doa yang dipanjatkan oleh umat Katolik kepada Bunda Perawan Maria, dengan nama Maryam, yang merupakan tokoh utama dari film ini. Untuk menjadi seorang biarawati, mereka harus menjalani 3 kaul atau janji yang telah dibentuk pada Tuhan Allah, yaitu kaul kemurnian, ketaatan dan kemiskinan.
Yang menjadi sorotan dalam film ini adalah bagaimana Maryam telah mengikuti keinginan duniawinya dan secara sadar setiap malam ia ikut pergi dengan Yosef, hingga pada suatu hari ia pergi dengan Yosef ke sebuah pantai dan mereka berciuman di pantai itu. Setiap kesalahan yang melawan akan keutamaan kemurnian merupakan sebuah pelanggaran atas kaul kemurnian (paroki-sragen.or.id).
Pentingnya kaul dalam kehidupan, secara spesifik, milik biarawati, ditunjukkan dalam scene dimana Suster Moniq, suster senior yang menjadi tanggung jawab untuk Maryam urus, memberikan Maryam sebuah saran mengenai pergulatan Maryam dalam mempertahankan janjinya pada Tuhan.
Pergulatan ini akhirnya selesai ketika Maryam akhirnya memutuskan untuk memohon pengampunan dari Tuhan melalui pengakuan dosa yang dipimpin oleh Romo Yosef.
Budaya lain, selain budaya hidup untuk mempertahankan kaul, yang ditunjukan di dalam film ini adalah adanya budaya dimana suster muda atau yang masih junior mengurus suster-suster yang sudah tua atau sepuh.