Film yang meraih banyak sorotan dikarenakan temanya yang sensitif di kalangan masyarakat Indonesia inilah yang akhirnya membuat masyarakat semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya dibahas di dalamya. Bagaimana seorang Maryam, yang merupakan seorang bairawati, jatuh hati pada seorang pastur bernama Yosef.
Kali ini kita akan membahas bagaimana seluk beluk film Ave Maryam (2018) mulai dari implikasi sosial, genre, paradigma yang digunakan, proses distribusinya yang lumayan rumit, dan bagaimana film ini jika dianalisis dengan menggunakan teori strukturalisme.
Banyak reaksi yang dikeluarkan oleh masyarakat terutama mengenai tema dan jalan cerita dari film ini. Salah satunya dengan pandangan atas tema dari film ini yang dianggap sebagai sensitif untuk diangkat ke layar lebar, sehingga cerita latar belakang Maryam, yang berasal dari keluarga muslim, disensor oleh Lembaga Sensor Film.detikhot, penonton juga tetap mengapresiasi film ini. Contohnya seperti,Â
Penyensoran film ini yang totalnya hingga mencapai 12 menit ini juga mengecewakan penonton dikarenakan banyak cerita yang menggantung dikarenakan pemotongan scene-scene dalam film ini. Meskipun begitu, seperti yang dilansir dari"Ide ceritanya top aktingnya @mpokmod juga cetarr visual dan music juga keren. sayang, merasakan banyak janggal karena sensor #AveMaryam," kata akun @bilb**oya
atau
 "Baru nonton Ave Maryam, indah bgt ya. Seseneng ini ada film kyk gini di indonesia. Walaupuj di sensor 12 menit. Ya maklum negara +62. The story is very touching, the cinematography is very beautiful. Bener2 berkualitas bgt. #AveMaryam," sebut @_**rimutiara.
Berdasarkan Stam (2000), dalam bukunya yang berjudul Film Theory: An Introduction, genre memiliki fungsi sebagai bentuk dari negosiasi atas pertemuan sang pembuat film dan audiens. Negosiasi ini berbentuk seperti apa yang akan diterima oleh audiens dalam film, dikarenakan tiap genre memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Film Ave Maryam ini memiliki genre drama. Genre ini memiliki hubungan dengan kehidupan nyata, dimulai dari karakter, hingga setting tempat dari filmnya. Film yang masuk dalam kategori film ini biasanya memiliki kisah yang dramatik, yang bisa membangkitkan emosi dari audiens. Konflik dalam cerita film ini bisa muncul dari lingkungan sekitar, diri sendiri, ataupun alam (Oktavianus, 2015).
Genre ini cocok dengan film Ave Maryam yang konfliknya berasal dari lingkungan sekitar Maryam, yaitu Romo Yosef, dan juga diri Maryam. Ave Maryam ini juga berhubungan dengan kehidupan nyata dikarenakan film ini dibentuk berdasarkan kisah nyata seseorang. Emosi dari penonton juga berhasil dibangkitkan dengan adanya plot twist dimana Maryam akhirnya meminta pengampunan Tuhan dengan melakukan adanya pengakuan dosa yang ternyata diwakilkan oleh Romo Yosef.