Mohon tunggu...
Inezia Sukonco
Inezia Sukonco Mohon Tunggu... Lainnya - Blog

Mahasiswa Komunikasi Universitas Atma Jaya

Selanjutnya

Tutup

Film

Memperlihatkan Kekuatan Perempuan melalui Film Marlina, Si Pembunuh Empat Babak

24 September 2020   22:45 Diperbarui: 25 September 2020   00:05 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hal yang baru jika kita membahas mengenai perbedaan status mengenai laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat. Budaya patriarki ini seakan-akan sudah hidup beriringan di dalam masyarakat di berbagai belahan dunia manapun.

Dalam film Marlina, Si Pembunuh Empat Babak (2017) diperlihatkan mengenai bagaimana kehidupan seorang wanita, Marlina, yang merupakan seorang janda yang ditinggal sendiri oleh suaminya yang telah meninggal.

Sayangnya, Marlina, yang sekarang hidup sebatang kara ini, tidak memiliki uang yang cukup untuk melakukan pemakaman, sehingga ia harus menyimpan jazad suaminya di rumahnya, yang telah dijadikan mumi layaknya budaya yang ada di NTT, yang menjadi tempat lokasi penyorotan film.

Hingga pada suatu hari, ia didatangi sekelompok laki-laki dan akhirnya melecehkan dirinya di rumahnya sendiri, bahkan di depan jenazah suaminya. Akhirnya, ia mengambil perlawanan dengan membunuh pelaku.

Jika kita melihat dari bagaimana sang pembuat film menulis alur cerita ini, paradigma yang bisa kita gunakan untuk menganalisis apa makna dari film ini adalah dengan menggunakan paradigma kritis. Mengapa? Hal ini dikarenakan paradigma ini membahas mengenai adanya kritik mengenai stereotip yang dimiliki oleh kaum perempuan. Bagaimana kaum perempuan selalu dianggap menjadi kaum yang lebih lemah dibandingkan kaum laki-laki. 

Marlina, Sk Pembunuh Empat Babak (2017)
Marlina, Sk Pembunuh Empat Babak (2017)

Film ini juga membahas mengenai bagaimana wanita sering atau bahkan selalu dipandang hanya sekedar objek oleh kaum laki-laki, dimana kaum wanita biasa ditindas secara sistemis oleh budaya di dalam masyarakat. Budaya patriarki yang ditunjukan dengan bentuk pandangan kaum laki-laki terhadap perempuan ini jelas terlihat di dalam film Marlina, Si Pembunuh Empat Babak ini.

Apabila kita telaah lebih dalam lagi, dengan adanya perlawanan dari bagaimana Marlina mengambil aksi untuk memperjuangkan kodrat dirinya sebagai perempuan, serta keberaniannya mengambil aksi dan bagaimana Marlina memiliki niatan untuk melaporkan perbuatannya sendiri kepada polisi inilah yang menunjukan akan adanya kekuatan dari kaum perempuan, atau aksi apakah yang seorang perempuan bisa lakukan di dalam sebuah situasi yang genting yang menimpa mereka.

Nilai ini sudah diakui oleh masyarakat dengan bukti banyaknya artikel yang membahas mengenai jalan cerita film ini dan banyaknya piala yang diterima oleh film ini dan tak lupa juga, film ini menjadi salah satu nominasi Piala Oscar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun