Mohon tunggu...
Inezia Sukonco
Inezia Sukonco Mohon Tunggu... Lainnya - Blog

Mahasiswa Komunikasi Universitas Atma Jaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Online Vs Jurnalisme Multimedia?

14 September 2020   22:07 Diperbarui: 15 September 2020   09:29 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai guys! Setelah di beberapa tulisan sebelumnya kita telah membaca mengenai sejara internet dan karakteristik media baru, sekarang kita akan membahas sebenarnya apa saja sih perbedaan dari jurnalisme online dengan jurnalisme multimedia.

Jurnalisme Daring (Online)

Menurut Widodo (2020) dalam buku Jurnalisme Multimedia, jurnalisme online ini adalah sebuah aktivitas jurnalistik yang dilakukan secara online atau daring dengan menggunakan basis internet. Menurut Pavlik dalam Widodo (2020), jurnalisme daring merupakan kegiatan jurnalisme yang kontekstual yang disatukan dengan menggunakan 3 fitur unik komunikasi, yaitu kemampuan multimedia dari medium digitalnya, kualitas interaktif dalam komunikasi online, dan fitur-fitur lain yang bisa dicustom.

Jurnalisme daring bisa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu rentangan atau jangkauan dan domain yang lebih berfokus pada tingkat komunikasi partisipatoris yang difasilitasi oleh situs berita yang bersangkutan. 

  1. Rentangan, web pada domain ini lebih berfokus pada jangkauan konektivitas publik dan juga konten editorial. Maksud dari konten editorial ini adalah teks, baik kata-kata yang tertulis, serta gambar-gambar yang terlampir di dalamnya, yang telah dibuat atau diedit oleh sang jurnalis. Sedangkan konektivitas publik dapat diartikan sebagai komunikasi "publik" tanpa menggunakan perantara atau hambatan di antaranya, misalnya dalam bentuk editting. Jadi pesan masih dalam bentuk apa adanya.
    innovation-future-technology-connectivity-5f602635d541df3d364bb184.jpg
    innovation-future-technology-connectivity-5f602635d541df3d364bb184.jpg
  2. Tingkat komunikasi partisipatoris, sebuah situs akan dianggap sebagai situs yang terbuka apabila ia memungkinkan para penggunanya untuk berkomentar, mengunggah, dan mendokumenkan konten dari situs tersebut tanpa adanya pertimbangan lain atau intervensi dari pihak manapin.

Berdasarkan Deuze dalam Widodo (2020), jurnalisme daring ini pun dikategorikan menjadi 4 jenis jurnalisme daring:

Mainstream News Sites, merupakan bentuk media berita daring yang tersebar paling luas. Situs-situs ini menawarkan pilihan editorial content. Situs-situs ini memiliki tingkat partisipatoris yang minim dan tidak berbeda dengan jurnalisme yang berada pada media cetak atau digital.

logo-5f6026489cac1b5589429252.jpg
logo-5f6026489cac1b5589429252.jpg
Index and Category Sites, merupakan jurnalisme daring disini mrnawarkan links yang menyambungkan pengguna ke situs-situs berita yang ada di manapun di World Wide Web. Links tersebut biasanya sudah dikategorikan dan diberikan penjelasan atau catatan oleh tim editorial. Situs-situs ini tidak memberikan editorial content buatan mereka sendiri, tapi beberapa di antaranya memberikan ruang untuk chatting bagi para penggunaanya.

yahooo-5f602664097f36402c4959d2.png
yahooo-5f602664097f36402c4959d2.png
Meta and Comment Sites, merupakan situs mengenai media berita dan isu media secara umum. Biasanya dimaksudkan sebagai pengawas media. Kadang juga dimaksudkan sebagai situs kategori dan indeks yang diperluas. Editorial content sering diproduksi oleh berbagai jurnalis dan mendiskusikan konten lainnya yang ditemukan di internet.

photo-2020-09-14-20-37-51-5f60269e9cac1b64d259f8d3.jpg
photo-2020-09-14-20-37-51-5f60269e9cac1b64d259f8d3.jpg
Share and Discussion Sites, merupakan situs yang mengeksploitasi tuntutan publik bagi konektivitas dengan menyediakan medium untuk mendiskusikan konten yang ada di manapun di Internet. Situs jenis ini memanfaatkan potensi internet sebagai sarana dalam bertukar ide, cerita, dan sebagainya. 
photo-2020-09-14-20-44-37-5f6026b8d541df648b022402.jpg
photo-2020-09-14-20-44-37-5f6026b8d541df648b022402.jpg
Setelah membaca mengenai jurnalisme online, sekarang kita beralih ke jurnalisme multimedia.

Jurnalisme Multimedia

Sebenarnya belum ada arti pasti mengenai jurnalisme multimedia. Akan tetapi, Robyn Tomlin, editor Thunderdome, sebuah divisi dari Digital First Media yang merupakan organisasi yang berada di New York menyatakan bahwa ia usdah tidak menggunakan kata multimedia, melainkan menggantinya dengan istilah videos and interactives (Widodo, 2020).

Multimedia merupakan kombinasi dari berbagai bentuk media, baik teks, foto, video, audio, grafik, dan interaktivitas dengan pengguna yang difasilitasi oleh situs web yang menggunakan format komunikasi dua arah. Kehadiran dari multimedia ini memiliki maksud untuk memberikan informasi yang menarik dan informatif. Kehadiran multimedia ini dibantu dengan adanya konvergensi media di dalam masyarakat.

commentbubble1-5f60270a9cac1b13e40e3bc2.jpg
commentbubble1-5f60270a9cac1b13e40e3bc2.jpg
Ada beberapa karakteristik tingkatan konvergensi:
  1. kemitraan atau partnership dengan organisasi media lain untuk menyediakan, mempromosikan, menggunakan ulang berita, atau bertukar berita
  2. pemasaran lintas media (terintegrasi) dan proyek manjemen,
  3. pengembangan strategi penelitian dan pengembangan,
  4. faktor kontekstual yang terkait dengan peraturan lokal atau industri dan aturan mengenai serikat pekerja. 

c-5f60270fd541df726a24ce43.jpg
c-5f60270fd541df726a24ce43.jpg
Sayangnya, konvergensi bisa menjadi salah satu penyebab masalah akan adanya persoalan etika den estetika terkait plagiasi, kurangnya kreativitas, dan ketergantungan pihak eksternal dalam penggunaan software ataupun hardware, dan lain-lain. 

Ada beberapa elemen yang menjadi kunci adanya konvergensi organisasi,

  1. tingkat komitmen konvergensi dari manajemen,
  2. anggaran, strategi, dan jadwal yang ditentukan,
  3. jaminan untuk mendapatkan kesempatan pelatihan dan perekrutan, atau pemecatan,
  4. integrasi fisik memasukkan wartawan pada newsroom yang berbeda,
  5. sinergi antara departemen yang berbeda.

Dari logika multimedia kita harus melihat lebih dekat pada budaya para pengguna, salah satunya perubahan cara interaksi orang dengan media dalam konteks yang disebut budaya informasi. 

provider-internet-rumah-terbaik-di-indonesia-2019-870x480-5f6027269cac1b0833212742.png
provider-internet-rumah-terbaik-di-indonesia-2019-870x480-5f6027269cac1b0833212742.png
Menurut Deuze (dalam Widodo, 2020), ada beberapa kebiasaan pengguna dalam kegiatan mengakses berita,
  1. orang tidak lagi membaca versi cetak, tapi lebih memilih membaca melalui daring.
  2. cara masyarakat melihat dunia bisa disesuaikan dengan konteks hasil manipulasi dari editing gambar maupun video (menonton).
  3. orang-orang masih mendengarkan radio, tapi sekarang mereka mengaksesnya secara daring.
  4. pengguna terlibat dalam kegiatan konsumsi dan produksi informasi dalam media yang berbeda dalam saat yang bersamaan, sehingga pegguna dianggap sebagai multitasker. 

Setelah membaca penjelasan di atas tersebut, dapat kita simpulkan bahwa jurnalisme online dengan jurnalisme multimedia merupakan kedua hal yang berbeda. Meskipun jurnalisme multimedia juga ada yang berbasis dengan internet, seiring dengan berjalannya waktu dan adanya konvergensi organisasi dan juga konvergensi media, tapi jurnalisme multimedia memiliki cakupan yang lebih luas dari jurnalisme online dalam praktiknya di dunia nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun