Mohon tunggu...
Inessia Melinda
Inessia Melinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - a Psychology student

Find out what you looking for

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Kewirausahaan pada Etnis Jawa, Minang, dan Tionghoa

3 Juni 2022   08:21 Diperbarui: 3 Juni 2022   08:37 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kewirausahaan merupakan faktor penting untuk mendukung perekonomian suatu negara. Salah satu negara yang punya andil besar dalam perekonomian adalah negara Amerika dimana penciptaan lapangan kerja tergolong tinggi. 

Namun, Indonesia masih terus diperlukan upaya untuk menciptakan pola pikir berwirausaha dikarenakan dimensi budaya Indonesia terhadap tingginya power distance, rendahnya uncertainty avoidance, dan semangat kolektivistik sehingga menghambat berwirausaha. 

Pemerintah pun terus berupaya untuk melakukan pelatihan, pembinaan, dan pendanaan dalam memperoleh wirausahawan yang baru untuk seluruh masyarakat tanpa memandang etnis.  Tapi, setiap etnis memiliki keunikannya masing-masing dan kearifan lokal dalam memandang wirausaha. 

Jika diperhatikan dilingkungan kita, seorang wirausaha tidak jauh-jauh dari etnis Jawa, Minang, dan Tionghoa. Ketiga etnis ini yang merupakan wirausaha yang dominan mendukung perekonomian negara dan menciptakan lapangan kerja baru. 

Contohnya pada etnis Jawa yang berkata sopo ubet ngliwet yang diartikan sebagai individu yang bekerja keras akan menanak nasi yang didalamnya terdapat nilai profesionalitas, kerja keras, teliti, tidak menyuap, dan tidak ingkar janji. 

Sedangkan pada etnis tionghoa terdapat pepatah dimana ada air, di situ ada orang Tionghoa yang bermakna bahwa selama dunia hidup dan berkembang, Tionghoa harus bertahan hidup dimanapun dan kapanpun. 

Orang Tionghoa memiliki nilai kearifan lokal yang mencerminkan keuletan dan kemauan kerja keras saat berwirausaha. Kemudian kita perhatikan pada etnis Minang dimana etnis ini biasanya melakukan rantau dan ada nilai lain yang berhubungan dengan wirausaha yaitu instrumental, fleksibilitas, dan bekerja keras. 

Oleh karena itu perlu untuk diteliti lebih jauh bagaimana ketiga etnis ini memaknai kewirausahaan menggunakan perspektif representasi sosial.

Representasi Sosial merupakan suatu konsep yang dipahami, diyakini, dan dijalankan oleh suatu kelompok masyarakat (Farr, 1993, dalam Sutanto & Nurrachman, 2018). Representasi Sosial adalah sesuatu yang telah diketahui, disadari kemudian dimaknai sekelompok masyarakat untuk memudahkan perilaku dan komunikasi. 

Representasi Sosial terdiri dari beberapa atribut yang diantaranya adalah central core  yaitu membentuk ide-ide dalam representasi sosial dan peripheral  yang membuat individu dapat beradaptasi dengan lingkungan dan membuka peluang terjadinya diferensiasi pemaknaan pada sebuah representasi sosial.

Sedangkan Kewirausahaan merupakan suatu kegiatan yang dipandang sebagai sesuatu yang bersifat mandiri secara kompetensi untuk bertahan hidup pada keadaan, dan memiliki kemampuan untuk mengubah peluang menjadi keuntungan. (Riyanti, dalam Sutanto & Nurrachman, 2018). Kewirausahaan juga mencerminkan sesuatu dalam menangani permasalahan lingkungan sekitar sehingga mampu untuk menciptakan lapangan kerja bagi orang-orang sekitar sehingga meningkatkan efisiensi dan memperoleh keuntungan.

Terdapat penelitian yang dilakukan Sutanto & Nurrachman mengenai makna kewirausahaan pada tiap etnis Jawa, Minang, dan Tionghoa. Hasil yang didapatkan bahwa masing-masing etnis memiliki makna kewirausahaan yang berbeda-beda. 

Etnis Jawa diasosiasikan dengan sifat atau nilai penting terkait seperti kemandirian dan kerja keras. Etnis Minang memaknai kewirausahaan dengan mengasosiasikan dengan sejumlah sarana atau alat berdagang, produk, dan modal, juga dimaknai sebagai perwujudan dari sifat kewirausahaan yakni kemandirian. Pada etnis Tionghoa, diasosiasikan erat dengan kerja keras dan strategi dan manajemen. 

Pada studi selanjutnya ditemukan bahwa etnis jawa memiliki alasan untuk berwirausaha yaitu kesesuaian pribadi, idealisme dan pemberdayaan masyarakat, dan penyaluran hobi. Pada etnis Minang yang berwirausaha, alasannya karena keadaan ekonomi serta mengikuti tren lingkungan. Sedangkan untuk etnis Tionghoa berwirausaha karena adanya budaya berwirausaha di keluarga, pertimbangan finansial jangka panjang, dan kebebasan.

Itulah makna kewirausahaan menurut perspektif Etnis Jawa, Minang, dan Tionghoa. Semoga bermanfaat untuk teman-teman dalam membangun wirausaha.

Sumber:

Sutanto, O., & Nurrachman, N. (2018). MAKNA KEWIRAUSAHAAN PADA ETNIS JAWA, MINANG, DAN TIONGHOA: SEBUAH STUDI REPRESENTASI SOSIAL. Jurnal Psikologi Ulayat, 5(1), 86. https://doi.org/10.24854/jpu12018-75

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun