Kebanyakan orang berpendapat bahwa wanita bisa hidup sendiri tanpa suami jika finansial nya stabil. Tetapi berbeda dengan kisah wanita yang ditinggalkan suami nya yang mengharuskan dirinya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya tanpa suami dengan perekonomiannya yang tidak stabil.
Seorang wanita ini bernama Ibu Nengsi. Suami dari Ibu Nengsi ini meninggal karena sebuah penyakit yaitu penyakit pada saluran kencing. Mereka telah berusaha untuk menyembuhkan penyakit tersebut dengan melakukan operasi sampai dua kali bahkan mencoba pengobatan herbal lainnya. Tetapi, penyakit itu tak kunjung sembuh. Sehingga suaminya tidak bisa aktif bekerja lagi. Maka, Ibu Nengsi lah yang harus pergi bekerja ke bengkel radiator tempat suami nya bekerja.
Sayangnya, ia harus kehilangan suaminya. Setelah ditinggalkan oleh suaminya, Ibu Nengsi merasa terpuruk. Belum lagi anak perempuan satu-satunya juga lulus kuliah jalur undangan di Universitas Andalas. Ia memikirkan bagaimana cara mencukupi kebutuhan tersebut, jika anaknya harus merantau jauh dari rumah nya.
"Saya sempat menyuruh anak saya untuk menolak kuliah tersebut. Dan bilang coba saja daftar kuliah yang di Bengkulu," ucap Ibu Nengsi.
Tetapi, anaknya terus berusaha membujuk Ibunya, bahwa ia yakin bisa berkuliah dengan program bantuan pemerintah yaitu KIP. Hingga akhirnya, anaknya tetap berkuliah di Universitas Andalas tersebut.
Ternyata kesulitan-kesulitan itu tidak berhenti begitu saja. Ibu Nengsi selalu kesulitan dalam mendapatkan seorang pekerja di bengkel tersebut. Karena tidak mungkin, jika Ibu Nengsi mengerjakan nya sendirian. Tetapi banyak sekali masalah yang dihadapinya terkait pekerja ini.
"Awalnya, keponakan saya yang kerja disini, tetapi tiba-tiba ia berhenti kerja karena anak itu tidak mau diatur. Lalu mencari lagi dan lagi, sudah banyak pekerja yang mau tetapi tidak bertahan lama."
Padahal, Ibu Nengsi ini terkenal sangat baik. Selain bayaran kerja yang akan didapatkan oleh pekerja. Ibu Nengsi juga memfasilitasi makanan untuk para pekerjanya. Terkadang jika ada pekerja yang tidak memiliki kendaraan, Ibu Nengsi berbaik hati menjemput dan mengantar pulang pekerja tersebut. Tetapi sebuah kebaikan itu mungkin belum cukup bagi para pekerja. Hal itu sangat membuat Ibu Nengsi sedih. Belum lagi, pendapatan yang ia dapatkan tentu tidak cukup untuk membiayai keluarganya. Tidak jarang, Ibu Nengsi meminjam uang ke sana kemari hanya untuk mencukupi kebutuhannya serta kebutuhan anaknya.
Ibu Nengsi juga mengaku sangat kesusahan, ketika ia bingung bagaimana harus melunasi hutang ataupun cicilannya, padahal terkadang hampir seminggu tidak ada pendapatan yang masuk. Bahkan pemasukan sebulan saja sangat minim dan tidak sesuai dengan perhitungan yang seharusnya. Lalu ia juga berpikir bagaimana cara memenuhi uang saku anaknya jika uang yang dipegang saja tidak ada.
Ibu Nengsi menyadari hidup sebagai orang tua tunggal pasti banyak cobaan. Tetapi Ibu Nengsi tak henti-henti nya berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT, karena ia yakin Allah pasti akan membantunya. Hal itu terus diyakini oleh Ibu Nengsi serta anaknya. Dengan kerja keras dan sabar, pasti akan membuahkan hasil. Dan tak jarang, Ibu Nengsi dikelilingi oleh orang-orang yang baik yang bisa membantu Ibu Nengsi.
Dengan keadaan ini, dapat saya ambil sebuah pelajaran bahwa sesusah apapun keadaan kita, sertailah tuhan dalam jalannya hidup. Walaupun sekarang, kita memiliki kehidupan yang susah, tetapi yakinlah banyak kebaikan yang akan datang nantinya.
Oleh : Ines Laras Yulianti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H