Mohon tunggu...
Ines Agusta P
Ines Agusta P Mohon Tunggu... wiraswasta -

suka nulis, jalan2, motret, masak, dan kulineran (baca:makan) :D

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Komunitas Peduli Sampah

25 Desember 2014   06:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Internet sudah bukan merupakan barang mewah. Internet dapat diakses oleh siapa saja. Tua muda, yang di desa juga di kota. Tidak juga hanya yang berpendidikan tinggi dan mapan, tapi internet sudah menjangkau semua kalangan. Internet juga ibarat pisau tajam. Jika berada di tangan yang tepat, maka akses internet akan memberikan manfaat. Namun jika disalahgunakan, bukan tak mungkin akan memberikan efek domino yang negatif. Maka dari itu, bijak- bijaklah dalam menggunakan internet. Akses seluas luasnya informasi untuk menambah pengetahuan kita. Sedapatnya pula, internet yang kita gunakan juga lebih bagus lagi jika memberi manfaat bagi orang lain.

Gadget juga semakin berkembang. Semakin canggih dan mudah didapat. Istilah smartphone sudah tidak asing lagi bukan? Internet dan smartphone kini juga tak bisa dipisahkan. Internet dapat diakses melalui smartphone. Namun bagaimanakah cara berselancar di dunia maya (baca:internet) agar tidak memotong pulsa terlalu banyak? Tentu saja dengan berlangganan paket internet. Tinggal beli pulsa, daftar paket internet yang dibutuhkan, dan.. voila kita dapat mengakses internet tanpa khawatir terpotong banyak pulsa.

Kalau misal dapat paket internet gratis bagaimana? :)

Pastinya tak kan tertolak dong. Bisa dapat paket internet free itu sesuatu yang patut disyukuri. Namun tak hanya berhenti pada bentuk kesyukuran semata, namun juga kita harus bisa membuatnya berarti. Lalu hal berarti apakah yang akan saya lakukan itu?

Saya tinggal di provinsi Yogyakarta, tepatnya di kabupaten Bantul (Yogyakarta bagian selatan). Di bagian paling timur Bantul, ada satu lokasi yang digunakan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Tak hanya sampah dari kawasan Bantul saja, tetapi juga dari beberapa lokasi di provinsi Yogyakarta. Sampah- sampah tersebut dikumpulkan dan diangkut oleh truk sampah. Truk- truk itulah yang membawa sampah sampai tempat paling hilir, yakni TPA Piyungan.

Beginilah penampakan dari TPA Piyungan tersebut:

[caption id="attachment_361656" align="aligncenter" width="640" caption="Sampah di TPA Piyungan"][/caption]

Jadi, dengan paket internet gratis yang saya dapatkan, saya akan bersama- sama membangun komunitas yang nantinya concern di bidang lingkungan, tepatnya berkaitan dengan sampah. Komunitas yang ingin saya bangun dimulai dari teman- teman satu desa, lalu satu kabupaten Bantul, dan selanjutnya satu provinsi. Dalam merekrut orang- orang (terutama generasi muda) untuk bergabung dengan komunitas, saya membutuhkan media pengiklan yang mudah diakses banyak orang. Sekarang siapa yang tak kenal dan tak menggunakan facebook/ twitter? Minimal facebook deh, banyak lho yang sudah punya akun facebook. Terutama anak- anak muda.

Kemudian setelah perekrutan selesai, untuk berkomunikasi dengan teman- teman satu komunitas, saya membutuhkan media sosial semacam whatsapp, bbm, atau line. Untuk berkomunikasi dengan teman satu komunitas yang notabene tak sedikit, saya rasa, sekarang kurang efektif jika hanya mengandalkan sms. Dengan menggunakan fitur media sosial  WA/BBM/line, maka komunikasi akan terus berjalan dengan cepat.

Tak hanya berhenti sampai membangun komunitas, saya dan teman- teman akan bersama- sama mengedukasi warga lainnya untuk lebih peduli pada lingkungan. Semisal seperti apakah programnya?

1. Sampah harus dibuang pada tempatnya dan di wadah yang tepat. Mulai kini, yuuk pisahkan mana sampai yang organik (dapat terurai dalam tanah) dan non organik (seperti kertas, bungkus- bungkus, dsb). Dengan memilah, kita turut membantu petugas kebersihan agar tak sulit untuk memilah- milah kembali.

2. Sampah bekas bungkus bisa digunakan kembali lho. Misal bungkus detergent atau bungkus minuman instan. Kumpulkan yang sejenis, dan rangkai jadi satu kerajinan seperti tas, dompet dsb. Pasti akan menambah nilai ekonomi sampah tersebut. Selain itu, ibu- ibu di sekitar kita dapat diberdayakan untuk membuat kerajinan.

3. Pisahkan botol plastik bekas minuman dengan sampah lainnya. Sampah botol plastik dan kardus bisa kita jual ke pengepul kardus atau botol. Lebih manfaat bagi mereka juga.

Itulah beberapa edukasi yang bisa komunitas lakukan untuk mengurangi volume sampah. Maka dari itu pasti dibutuhkan media promosi program komunitas peduli sampah, semisal facebook, twitter, pinterest, dan lain sebagainya. Kita nantinya juga butuh satu media yang akan menampilkan program, kegiatan yang dilakukan komunitas. Website jawabannya. Sebuah website komunitas sebagai portofolio komunitas peduli sampah.

Kelak tak akan ada lagi masalah sampah menumpuk, atau hewan yang terkontaminasi logam gegara dibiarkan mencari makanan di tumpukan sampahdi TPA. Dan kelak tak kan ada lagi cerita sampah menggunung sehingga butuh lahan untuk pelebaran TPA. Semoga. Karena kelak sampah akan kita sulap menjadi sesuatu yang lebih bernilai dan bermanfaat. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun