Mohon tunggu...
Ineke Novianty Sinaga
Ineke Novianty Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relation

I am very passionate about writing! Melihat,membaca, menilai, menganalisa,menyindir, mentertawakan, menyukai, mengagumi, memperbaiki, mendukung.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kepemimpinan ala Sir Alex Ferguson

23 Januari 2022   16:30 Diperbarui: 23 Januari 2022   16:47 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Sir Alex Ferguson pasti tidak asing kita dengar. Namanya mungkin tidak lagi berseliweran di media sebagaimana dulu saat masih menjadi pelatih dan manajer yang berhasil membawa tim sepak bola Manchester United (MU) mengalami masa kejayaan, seperti menjadi pemenang 13 liga Inggris dan 25 trophy internasional. Tetapi, kisah kepemimpinan  Fergie, pangilan akrab Ferguson tetap awet untuk dijadikan pembelajaran hidup bagi siapa saja.

Jika ingin menjadi pemimpin yang dikenal baik, mari pelajari kisah kepemimpinan. Fergie. 

Kisahnya kepemimpinannya tentu panjang, mungkin tidak cukup membahasnya di sini tapi mari kita bahas beberapa hal yang nilai-nilainya sangat dekat dengan kehidupan kita.

Dimulai saat Fergie masuk dalam tim MU, yaitu momen ketika Ia merombak sistem kaderisasi pemimpin tim tersebut. Ia mencari dan membentuk mereka dari bawah. David Beckam merupakan salah satu bibit unggul saat itu. David  berusia 9 tahun saat diasah oleh tangan Fergie. Sistem yang ia terapkan agak berbeda dari kebanyakan cara memimpin yang biasanya 'saklak' harus seorang  yang pengalaman atau senior. Fergie, justru membentuk pemimpin dengan membangun pondasinya dan menciptakan regenerasi.

Fergie memang sudah pensiun tapi para pemain dan mantan pemain MU tetaplah segan dan hormat padanya. Hal ini tentunya tidak lepas dari sikap hidup dan cara ia memimpin dulu.  Dari sejumlah keputusan-keputusan yang ia ambil, banyak yang tepat dan terbukti dari stabilnya prestasi MU. 

Fergie dikenal sebagai sosok yang tidak segan membela timnya saat ada masalah. Jika Anda masih ingat Fergie beberapa kali membalas kecaman lawan dan tidak peduli saat media memberitakan hal miring tentang pendapatnya, atau saat orang lain  berbisik di belakangnya. Ini adalah nilai hidup yang patut diadopsi oleh para pemimpin, yaitu  menghargai kemampuan, komitmen, dan loyalitas anggota tim. Dengan demikian Anda pun akan dikenang sebagai pemimpin bukan sebagai bos.


Para pecinta sepak bola tentu sangat akrab dengan gaya MU yang sering tertinggal gol di awal pertandingan tapi di menit terakhir mampu memutar balik kondisi. Itu juga tidak lepas dari gaya Fergie yang berhasil melatih mental timnya menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dan berani mengambil risiko. Dalam berbisnis atau pertandingan, Anda bisa saja kalah di saat pertama tapi mereka yang memiliki mental berani, lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk menang karena mampu melihat kekalahan sebagai pendorong hebat untuk meraih kemenangan. 

Sikap positif sifatnya menular dan ini yang harus terus dilakukan oleh pemimpin, yaitu setiap saat, setiap hari memotivasi timnya walaupun tampaknya jalan yang Anda tempuh terlihat menyempit atau sebagian berbatu.

Sebagai orang yang sangat sibuk, wajar saja jika Fergie mendelegasikan latihan kepada asisten pelatih. Namun, Ia tidak pernah berhenti mengamati setiap pemain dan hadir di sesi latihan. Fergie sangat mengenal kebiasaan pemainnya dan masalah yang mereka alami. Tentu ini mengilhami kita bahwa menjadi pemimpin memang sepatutnya tegas tapi bukan menjadi sosok yang ditakuti.

Pemimpin yang tegas tetap dapat membuat orang lain merasa nyaman dengan dirinya alias tidak merasa takut. Mereka akan mengingat Anda sebagai pemimpin yang pengertian dan perhatian bukan seorang yang galak.

Fergie adalah inspirator bagi permain MU karena dia selalu hadir dengan semangat. Pemimpin yang  ingin timnya sukses, tidak datang  dengan mood, uring-uringan, atau datang membawa masalah dan memaksa orang lain mengerti dengan kondisinya tapi dia sendiri kurang bahkan hampir tidak punya empati atau toleransi pada masalah yang dihadapi anggota timnya. Hadirlah di tengah anggota Anda dengan sikap positif dan miliki tujuan. Dengan demikian pekerjaan dapat fokus dikerjakan dan besar peluang mencapai  tujuan. Semangat juga sifatnya menular lho!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun