Mohon tunggu...
Ineke Novianty Sinaga
Ineke Novianty Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relation

I am very passionate about writing! Melihat,membaca, menilai, menganalisa,menyindir, mentertawakan, menyukai, mengagumi, memperbaiki, mendukung.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bertahan untuk Berjuang, Inspirasi Kisah Louis Zamperini

19 September 2019   08:49 Diperbarui: 19 September 2019   19:17 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by Ine Cappuccino (koleksi pribadi)#RambutAkuKataAku (Inspirasi dari image di stasiun MRT Istora Senayan)

Momen ini lah yang akhirnya membawa Louis  harus mendekam di camp tawanan. Singkat cerita, setelah perang berakhir, Louis dan teman-temannya pun dibebaskan.

Kisah Louis Zamperini menggambarkan bahwa perubahan hidup dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja asal kita mau berdamai dengan hati (konflik yang tersimpan dalam hati) dan mau melakukan rekonsiliasi dengan masa lalu. 

Mengingat kisah hidup Louis yang jauh dari bahagia, mengalami penyiksaan selama menjadi tawanan perang hingga kembali ke kehidupan normal tetapi tanpa arah, tentu bukanlah hal yang mudah untuk berdamai dengan hati. 

Seiring berjalannya waktu, ditempa berbagai pengalaman hidup  yang mendewasakannya, dan pengalaman penyembuhan trauma, akhirnya Louis memilih jalan hidup menjadi seorang misionaris. 

Ia bahkan bersedia memaafkan para penjaga dan komandan camp yang pernah menyiksanya walaupun sang komandan tidak bersedia menemuinya.

Pada suatu masa, Louis berkesempatan hadir dalam olympiade musim dingin di Nagano Jepang pada tahun 1988. Waktu itu, usianya menginjak senja di umur 81 tahun. Pada pegelaran akbar tersebut, ia ikut mengambil bagian pada estafet obor. 

Louis meninggal pada umur 97 tahun setelah menghadapi tantangan terbesar, yaitu penyakit pneumonia. Kepergiannya meninggalkan warisan besar, yaitu semangat juang, keberanian, dan sikap hati yang tulus.

                                                                                                 --

Intinya, kita perlu meminta pada Yang Kuasa untuk diberikan kekuatan mental, yaitu daya yang besar agar mampu mengatasi kelemahan fisik, tidak mudah menyerah, tidak memilih menjadi pecundang, dan bersedia berjuang untuk kebaikan. 

(Diolah dari berbagai sumber. Dipersembahkan untuk teman-teman Corporate Communication di salah satu gedung lantai 31 di SCBD: Umi Linda & tante Lana..)

Foto by Ine Cappuccino (koleksi pribadi)#RambutAkuKataAku (Inspirasi dari image di stasiun MRT Istora Senayan)
Foto by Ine Cappuccino (koleksi pribadi)#RambutAkuKataAku (Inspirasi dari image di stasiun MRT Istora Senayan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun