Mohon tunggu...
ine karlina
ine karlina Mohon Tunggu... -

saya ine karlina mahasiswa UIN Sunan Kalijaga prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Money

Si Cantik Furla yang Mulai Kehilangan Pamor

12 Desember 2012   03:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:48 2272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi kaum sosialita penampilan tentulah sangat diperhatikan dan menjadi prioritas utama. Mereka berlomba- lomba untuk mengikuti trend yang adaagar dibilang tidak ketingalan zaman. Fenomena ini memang telah terjadi sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu dimana para kaum bangsawan atau elit sosial ingin menunjukan kekayaannya dengan menggunakan barang- barang mahal. Tas adalah salah satu penunjang penampilan wanita, fungsi tas kini sudah beralih bukan hanya menjadi tempat membawa sesuatu tetapi sudah menjadi trend fashion yang harus digunakan guna mempercantik penampilan. Tas yang digunakan pun bermacam- macam tergantung isi kantong masing- masing orang.

Beberapa waktu lalu tas wanita bermerek furla sedang meroket tajam, sejak peluncurannya pada pertengahan tahun 2012 furla makin diminati dan di incar banyak kalangan. Furla adalah sebuah tas branded kenamaan dunia dan pasarnya pun sudah mencapai internasional, furla juga mempunyai desaign yang unik serta pilihan warna yang lucu dan soft seperti permen, sehingga furla pun mendapat julukan candy bag furla. Selain warna- warna candy yang lucu dan sesuai dengan selera anak muda furla juga mempunyai warna yang dikombinasikan dengan beberapa motif seperti leopard, snake, dalmation dll sehingga cocok juga digunakan oleh ibu- ibu atau wanita dewasa. Harga yang tak murah membuat furla hanya bisa dimiliki oleh orang – orang berkantong tebal saja, sehingga hanya dengan tas saja kita bisa melihat dan membedakan kesenjangan sosial yang terjadi disekitar kita.

Melihat begitu meroket tajamnya penjualan furla di dunia termasuk Indonesia serta harga furla yang tinggi sehingga tidak bisa dijangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah membuat para produsen –produsen tas lain membuat replika furla dengan bahan yang lebih murah dan tanpa sertifikat. Sehingga harga yang ditawarkan bisa separo lebih murah dari harga aslinya atau yang sering kita sebut dengan tas KW. Barang kwalitas no 2 yg diluncurkan ternyata disambut antusias oleh para masyarakat tetapi sayang harganya masih di kisaran angka 400 – 500 ribu rupiah sehingga sangat mustahil bagi kaumberkantong tipis untuk mendapatkannya. Melihat fenomena tersebut para pengrajin tas lokal mulai dengan sigap memproduksi tas furla dengan kwalitas rendah dan bahan yang murah. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 50.000,-/pcs, harga yang sangat murah dan berbanding jauh dari tas aslinya.

Kian maraknya penjualan furla- furla palsu di pasaran justru mengancam reputasi furla, maraknya furla KW yang diperjual belikan membuat orang malas membeli furla asli karena secara fisik memang sangat sulit dibedakan. Apalagi dengan ramainya furla 50 ribuan membuat orangagak merasa malas untuk membeli furla.

Sering meroketnya penjualan tas tersebut, dan menggunakan momentum aji mumpung, furla mulai memproduksi barang- barang fashion serupa misalnya dompet furla, tas barbie furla dll. Kini tas merk apapun yang sudah paten sekalipun tak bisa terhindar dari yang namanya penjiplakan yang menghasilkan barang- barang KW, misal saja tas merk dunia seperti chloe, belagio, chanel kini tidak ada yang tidak dijiplak dan lagi- lagi online shop lah yang turut mengedarkan tas- tas palsu ini. Sekarang bisa kita lihat outlet –outlet tas braded kenamaan dunia yangberada di mall- mall besar pun menjadi sepi pengunjung penjualan mereka bisa dihitung kadang sehari pun tak mesti laku.

Tetapi para wanita dan ibu- ibu semua tak perlu khawatir meski penjiplakan terjadi dimana- mana, karena baik bagaimana pun juga barang asli dengan jiplakan itu akan terlihat sangat berbeda. Baik dari kwalitas bahan, keawetan, dll itu akan jauh berbeda.Karena seperti pepatah jawa “rego nggowo rupo” yang artinya harga yang di bayarkan sebanding dengan bentuk atau barang yang diterima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun