Mohon tunggu...
Indryastuti Wulaningsih
Indryastuti Wulaningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menonton drama korea, dan berpkepribadian introvert

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Strategi Layanan Konseling Kelompok Teknik Realita (WDEP) untuk Menumbuhkan Sikap Tanggung Jawab di Sekolah

25 November 2022   14:35 Diperbarui: 25 November 2022   14:40 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberadaan Bimbingan Konseling (BK) di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan hal yang sangat penting, hal ini dijelaskan pada buku Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Konseling SMK tahun 2016. Buku tersebut menerangkan bahwa BK berperan dalam membantu peserta didik/konseli untuk memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan dan merealisasikan keputusan dirinya secara bertanggung jawab. Bahkan peserta didik/konseli diharapkan dapat memilih, meraih dan mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera lahir batin.

Selaras dengan peran tersebut BK juga mempunyai fungsi fasilitasi, yaitu memberikan kemudahan kepada peserta didik/konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kemudahan tersebut diwujudkan dalam layanan responsif salah satunya dengan strategi konseling kelompok.

Konseling kelompok merupakan kegiatan terapeutik yang dilakukan dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk menyelesaikan masalah individu yang bersifat rahasia. Konseling kelompok dapat diikuti 2-8 peserta didik/konseli dengan topik permasalahan yang sama. Di dalam Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) sudah memuat berbagai item berkaitan dengan teknis pelaksanaan konseling anatara lain topik layanan, fungsi layanan, tujuan layanan, durasi layanan, metode atau teknik yang digunakan dan lain sebagainya.

Sesuai dengan karakteristik peserta didik/konseli tingkat SMK pada aspek sosial mereka sudah mampu menjalin hubungan dengan orang lain khususnya teman sebaya. Pada masa ini mereka juga memiliki kecenderungan untuk meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, hobi, atau keinginan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan lingkungan peserta didik/ konseli mempunyai pengaruh yang sangat besar.

Ada beberapa perilaku yang sering ditunjukkan peserta didik/konseli SMK antara lain: kompetisi atau persaingan, konformitas, menarik perhatian, menentang otoritas, sering menolak aturan dan campur tangan orang dewasa dalam hal urusan-urusan pribadinya. Kondisi ini mengakibatkan pandangan negatif masyarakat pada peserta didik/konseli di kelompok usia tersebut

Kenyataannya di lapangan atau di sekolah ada beberapa perilaku yang kurang bertanggung jawab yang dilakukan seorang pelajar. Salah satunya adalah perilaku membolos. Perilaku membolos merupakan masalah klasik yang sering ditemui guru BK baik di sekolah kota maupun desa, baik di sekolah favorit maupun tidak.

Berkaitan dengan masalah tersebut, salah satu solusi bagi guru BK adalah dengan menggunakan strategi layanan konseling kelompok dengan pendekatan konseling realita.

Pendekatan konseling realita dikembangkan oleh William Glasser. Konseling realita berfokus pada permasalahan atau kejadian sekarang, tidak mengeksplorasi kejadian masa lampau namun mendorong konseli untuk menghadapi kenyataan dengan menekankan perubahan perilaku yang lebih bertanggung jawab ketika merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan tersebut.

Menurut Corey (2007), ciri-ciri konseling realitas adalah sebagai berikut: a) terapi realita menolak konsep tentang penyakit mental, b) terapi realita berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan dan sikap, c) terapi realita berfokus pada saat ini (sekarang), bukan masa lampau, d) terapi realita menekankan pada pertimbangan nilai, e) terapi realita tidak menekankan transferensi, f) terapi realita menekankan pada aspek kesadaran, g) terapi realita menghapus hukuman, dan h) terapi realita menekankan tanggung jawab.

Pada konseling ini tugas guru BK adalah bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis. Guru BK sebagai pemimpin kelompok diharapkan memberikan pujian apabila para anggota kelompok bertindak dengan cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan ketidaksetujuan apabila mereka tidak bertindak demikian.

Glasser dan Wubbolding (dalam Corey, 2007) menyatakan bahwa prosedur terapi realitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah WDEP yaitu Want, Direction, Evaluation, dan Planning. Langkah - langkah dalam teknik WDEP dijelaskan sebagai berikut :

  • Want (Keinginan) : pada tahapan ini konselor mengekplorasi apa yang menjadi keinginan atau harapan konseli, dan apakah keinginan tersebut sudah terwujud. Konselor berusaha agar konseli terbuka dengan target-target positif yang igin dicapai.
  • Doing and Direction (Melakukan dan Mengarahkan) : pada tahapan ini konselor menekankan pada masalah saat ini, perilaku yang muncul serta komitmen untuk mengubah perilaku yang kurang bertanggung jawab tersebut. Walaupun masalah tersebut berasal dari masa lalu, tapi konseli diarahkan untuk menerima masalah dan masa lalunya dan fokus pada keadaan sekarang.
  • Evaluation (Evaluasi) : pada tahapan ini konselor bersama konseli menilai perilakunya, dampak positif atau negatif yang muncul diakibatkan perilaku tidak bertanggung jawab tersebut.
  • Planning (Rencana) : di tahap akhir ini konselor membantu konseli untuk mengeksplorasi rencana tindakan atau hal-hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki perilakunya menjadi lebih bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun